pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Minggu, 13 Februari 2011

Scares, Smiles, Prays :)


Selamat malam, jika saat ini saya memiliki senggang waktu untuk mengepost sesuatu ke dalam blog ini, maka itulah pertanda jika saat ini memang ingin saya untuk berbagi cerita apapun yang ingin saya ceritakan, di saat waktu ku memang sedang senggang.
Seminggu sudah saya lewati dunia perkuliahan  semester enam ini, sejauh ini baik-baik saja. Belum ada kendala dan kesulitan yang bisa saya kategorikan lebay. Entahlah, semester enam ini rasanya ingin dilalui dengan senang hati, agar semua bisa dilalui dengan hati yang suka cita. Tugas? Saya rasa itu biasa, malah sepertinya aneh jika dosen tidak memberi tugas (tapi tugasny jangan lebay ya Pak, Bu, hehe)

Blogger semuanya, entah kenapa seminggu ini saya takut, saya takut mati. Kabar kematian yang banyak saya dengar selama seminggu ini sungguh membuat saya takut. Saya juga tahu kalo seminggu yang lalu, dan full selama seminggu ini, seluruh infotainment di seluruh penjuru Indonesia non stop memberitakan berita duka kematian public figure itu yang secara mendadak, agak bosan sih sama beritanya yang selalu itu, tapi saya akui memang kabar itu sangat mengejutkan, ya saya yakin karena almarhum adalah sosok yang sangat bersahaja, sehingga semua orang menangisi kepergian nya. Saya takut, jika Tuhan sudah berkehendak, maka siapapun bisa mati detik ini juga, jika sudah sampai janji Tuhan, maka tidak ada satupun yang bisa mengingkarinya. Sakit atau sehat, tua atau muda, baik atau jahat, jika memang sudah waktunya, semua sudah usai.

Belum sempat berita kematian menghilang dari dunia pertelevisian, entah pada malam apa itu, saya bermimpi tentang kematian lagi, sahabat saya yang belum sempat saya temui liburan kemarin, saya mimpi dia meninggal.  Saya takut ya Tuhan, saya sangat menyesal, bangun dari tidur, saya berpeluh, saya ingat bowo. Saya segera kirim doa untuk bowo. Lagi-lagi saya ingat mati. Belum sempat saya lupa dengan bayang-bayang kematian itu (emang lebay sih bahasanya, tapi emang belakangan saya jadi membayangkan kematian, hehe), tanggal sembilan febuari yang lalu, saya mendengar kabar sesosok teman yang menghembuskan nafas terakhirnya pada hari itu, Fabil. Teman yang dulu sempat jadi teman kecil saya, teman bermain saya, teman yang cukup dekat walau Cuma sekitar tiga tahun. saya kaget, Fabil yang saya kenal sebagai sosok yang dingin, ternyata harus pergi dengan cepat.

Belum sempat berakhir saya melihat beranda saya di akun jejaring sosial itu yang menulis status turut berduka tentang kepergian sang teman itu, saya sudah diingatkan lagi dengan kematian, saya menonton film yang juga bercerita bagaiman bersiap menerima kenayataan bahwa hidup kita divonis tidak akan lama lagi. bagaimana rasanya menghadapi kematian itu? seberapa takutnya kita ketika melihat malaikat Izrail bersiap mencabut roh dari raga kita? Bagaimanan kita bisa siap untuk menyaksikan orang-orang yang kita sayangi menangisi kepergian kita? Ya Allah, hamba takut.
Saya ingat selalu pesan mama, “nina, selalu ingat sholat, nina harus selalu ingat mati, karena detik kapanpun juga, kita harus siap”.

Saya benar-benar takut, saya benar-benar membayangkan kapan saya mati, kapan dia mati, kapan mereka mati, saya harus siap, harus siap, hanya amal lah modal kita, hanya iman lah modal kita, Ya Allah saya takut.
Berita Adji Massaid yang meninggal secara mendadak, mimpi alez meninggal, cerita film tentang perjuangan Kate melawan sakitnya sampai pada saatnya ia meninggal, dan sampai pada kabar Fabil meninggal, membuat saya kembali sadar bahwa saya benar-benar kecil, benar-benar tak berarti di mata Tuhan, di mata Allah. Saya ingat dulu seorang mentor berkata kepada saya bahwa mati adalah bukan mati, tapi mati adalah lahir, dimana kehidupan yang sebenarnya baru akan dimulai. Kita semua tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sesudah mati. Ya Allah, tuntunlah Hamba untuk selalu senantiasa berada di jalan yang lurus dan benar ya Allah. Amin.

Kabar Fabil begitu mengagetkan saya. Saya tidak pernah ingat kapan terakhir saya berjumpa dengan Fabil, mungkin dulu SMP. Sepertinya setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Hanya saja Fabil, bagaimanapun saya pernah dekat dengannya waktu kelas satu sampai kelas tiga sekolah dasar itu, hingga sesudahnya saya harus pindah sekolah. Mendadak saya mengenang bagaimana saya dulu sering bermain sepeda dengannya, mendadak saya mengenang bagaimana saya sering singgah dirumah neneknya yang dekat dengan rumahku pada waktu itu, rumah neneknya yang lumayan mewah menurut saya pada waktu itu sehingga membuat saya senang berlama-lama disana. Hingga pada saya pindah sekolah, sehingga masa-masa itu berlalu begitu saja. Hingga saya dan fabil bertemu lagi di SMP, namun sayang, masa-masa seperti waktu itu tidak berlaku lagi, saya dan fabil jauh, bahkan tidak selalu saling menyapa. Sampai SMA yang berbeda dan sampai hingga dia pergi saya tidak pernah lagi bertemu dengannya.

Saya ingat fabil, masa kita dulu, mungkin fabil lupa, tapi saya tidak pernah melupakannya, Fabil, Resha, Andika, Tony, Danil. Haha, bahkan saya ingat sekali bahwa saya adalah orang yang paling cantik diantara kalian.

Danil, saya ingat dulu dia selalu membagi kue natal nya untuk kami, dan selalu menunggu kami ketika pelajaran TPA dimulai, mengusili saya dengan kalajengking mininya, mengajak saya bermain sampai pada pohon beringin besar yang letaknya sangat jauh dari rumahku. Sosoknya yang lincah membuat saya tidak lupa dengannya. Saya dan danil, ternyata bersekolah di SMP yang sama, namun Danil hanya menyapa saya satu kali pada massa MOS SMP dulu, setelah itu, bisa dibilang tidak pernah saling menyapa lagi, bahkan ketika Danil menjadi ketua OSIS di SMP dulu, saya tidak member selamat kepadanya. Saya tidak tahu Danil meneruskan SMA dimana, dan sepertinya dia bekerja sekarang. Saya berterimakasih kepada jejaring sosial itu yang telah membuatku mengetahui kabar danil sekarang.

Resha, saya ingat dulu dia adalah sosok yang paling cerewet menurut saya, bahkan melebihi kecerewetan saya sebagai makhluk hawa. Mukanya yang imut dulu membuat saya juga tidak lupa dengan resha. Kebawelan dan kemanjaan nya membuat saya juga tidak lupa dengannya, resha juga yang dulu berlarian dengan saya sehingga saya jatuh terjerembab dan meninggalkan bekas luka di lutut yang sampai sekarang masih ada. Setelah pindah sekolah ketika kelas 4, saya tidak pernah bertemu lagi dengannya, kabar yang saya dapat ketika SMP adalah ternyata resha juga pindah seperti saya. Entah berapa lama saya harus menghabiskan waktu untuk mencari mencari akun jejaring sosial itu dengan nama “resha” yang notabene ada ribuan “resha” yang terdaftar, dan saya lupa nama lengkapnya. hanya dengan modal mukanya yang ingat waktu saya kecil dulu (yang saya yakin anda juga tahu bahwa muka kecil dulu akan sangat berbeda dengan muka yang sekarang). Namun, usaha saya tidak sia-sia, akun dengan nama “resha aditya pratama” berhasil saya temui, mukanya yang agak2 mirip dengan ingatan saya waktu kecil dulu membuat saya yakin bahwa itu resha, Ya Tuhan betapa begonya saya yang sok deket mencoba ngirim message ke dia. Dan ternyata benar! Dia resha yang saya cari, namun dia lupa dengan saya, sepertinya ingatan dia terhadap saya kurang kuat. Dia Cuma ingat dengan andika, bahkan sama yang lain juga lupa. Setidaknya, saya bisa tahu kabarnya sekarang, ternyata resha pindah ke Tangerang, dan sekarang dia di STAN.

Tony. Saya pun lupa siapa nama lengkapnya, Tony sepertinya sosok yang tidak terlalu banyak tingkah pada waktu itu. saya pun sempat mencari tony lewat situs jejaring sosial itu, namun sampai sekarang belum ketemu, ingatan saya tentang muka toni pun tidak terlalu kuat. manusia yang bernama Tony sangat bejibun! Ohhh…

Andika. Sosok yang satu ini sangat ingin saya tahu kabarnya sekarang. Sosok yang satu ini bisa dibilang cukup dekat denganku waktu itu. wah, entah bagaimana sosok saya dan sosoknya waktu kecil dulu, yang saya selalu ingat adalah, Andika selalu menjabat sebagai ketua kelas dari kelas satu sampai kelas tiga, dan saya selama kelas dua dan tiga duduk sebangku dengannya. Sosok Andika yang menurut saya adalah sosok anak yang benar-benar baik, sosok yang bersih, sosok yang rapi, sosok yang pendiem tapi cool, sosok yang ganteng (haha, bahkan dengan usia sekecil itu saya sudah mengidolakan sosok andika), sosok yang pintar, bahkan saya yang waktu itu Cuma mampu meraih peringkat 10, andika mampu meraih peringkat empat. Saya yang dulu pernah menangis karena jatuh berdarah ketika berlari dengan resha,  saya ingat Andika lah yang menenangkan saya, bahkan ketika buku latihan saya dulu ketinggalan, Andika Andika dengan senang hati memberikan buku kosong yang selalu dia bawa untuk cadangan, dia berikan untuk saya, saya juga ingat ketika Andika sempat mengalami kecelakaan sehingga kakinga pincang dan lecet di mukanya sehingga setiap hari dia selalu membawa obat dan di antar jemput oleh papanya, saya waktu itu turut sedih. Sosok pahlwan lah waktu itu (haha, bahkan umur saya masih 8 tahun waktu itu), sejak saya pindah sekolah, saya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Yang saya dengar dari teman juga waktu di SMP, dia bilang kelas 5 Andika pindah ke Bandung. Ahh, saya tidak pernah menyangka ternyata Andika dan Resha ternyata pindah ke luar kota. dimana dia sekarang? Kali ini, saya ingat nama lengkapnya Andika Pratama, dan muka yang masih saya ingat jelas, namun ketika saya mencari nama lengkapnya di situs jejaring sosial itu, nama dengan “andika pratama” ada ribuan orang, oh God! Muka Andika yang saya kenal belum saya temukan di antara nama-nama tersebut. Andikaaaaa!!!!

Fabil, yang sudah mendahului kami semua, walaupun waktu dan kenangan saya bersama Fabil sangat singkat, namun saya tetap punya cerita dengan Fabil, selamat jalan Fabil, semoga Fabil tenang dan bahagia di alam akhirat sana. Amin.

Waktu pasti berlalu, waktu boleh berlalu, lahir dan mati itu sudah kodrat manusia. Yang menjadi derajat adalah bagaimana kita menjalankan proses dari lahir hingga mati itu dengan menjadi makhluk yang bisa bersahaja, makhluk yang tidak serakah dengan duniawi, makhluk yang siap menjadi penghuni surgawi, dengan proses hidup yang penuh dengan warna, warna putih yang kita dapat sedari lahir, semoga kita warnai dengan warna-warna yang terang dan cerah. Kenangan itu bisa menjadi cerita, harapan itu juga menjadi akan menjadi cerita. Dan semoga kenangan dan harapan itu bisa menjadi lentera kita untuk lebih siap!


“Saat duka bersama, tawa bersama, berpacu dalam prestasi hal yang biasa, satu persatu memori terekam, Di dalam api semangat yang tak mudah padam, Ku yakin kau pasti sama dengan diriku, Pernah berharap agar waktu ini tak berlalu. Kawan kau tahu, kawan kau tahu kan? Beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan”



Bergegaslah kawan tuk sambut masa depan, Tetap berpegang tangan, saling berpelukan, Berikan senyuman tuk sebuah perpisahan, Kenanglah sahabat, kita untuk slamanya”
-Bondan.

Jumat, 04 Februari 2011

Wish her all the best


Usianya sudah mencapai separuh abad ditambah satu tahun.
Ada banyak doaku untuknya.
Aku tahu Tuhan, aku tidak boleh meminta padaMu untuk dipanjangkan umurnya,
Hanya saja bila diridhoi, semoga waktu ku untuk bersamanya masih banyak Engkau sediakan.
Setidaknya untuk melihatnya selalu bahagia ya Allah.
Amin.