pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Senin, 24 Desember 2012

Catatan Umi: "Tentang Kita"

Celebrate 1st

Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya ….

Ada perjumpaan maka akan tiba saatnya perpisahan. Yah, begitulah hukum pergiliran waktu yang ada. Mencoba mengingat kembali memori yang pernah terekam beberapa tahun lalu (2008-2012). Kebersamaan, kekeluargaan, mencoba saling mengerti satu sama lain, saling menerima dan memberi maaf pada yang lain, bercerita tentang masa lalu, merangkai masa depan, melakukan hal bersama, saling menopang di saat yang lain bersedih, bercengkrama tanpa kenal waktu, dan selalu bahagia ketika kita selalu dapat berkumpul. Lalu apa lagi yang hal-hal yang belum pernah kita lakukan bersama? Setiap detik waktu yang berlalu merupakan sejarah yang takkan pernah bias dilupakan. Dan kalian, punya ruang tersendiri di hati ini.

Kebersamaan selama empat tahun di kampus dan tempat berlindung yang sama. Boleh jadi kita memiliki  aktivitas yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, pemikiran yang berbeda, kesukaan dan ketidaksukaan yang berbeda, dan perbedaan-perbedaan lainnya, namun pada akhirnya kita disatukan dengan hati. Ya, dengan hati. Kok? Mungkin awalnya kita bersama karena suatu keadaan namun perlahan-lahan kebersamaan itu akhirnya berubah menjadi suatu kebutuhan.

Kehilangan itu baru terasa sekarang, saat satu demi satu langkah kita keluar dari sini (FullHouse). Sepi, sesepi-sepinya. Kalo dulu TV dianggap sebagai penghilang kekakuan obrolan kita, kini TV hanya sekadar pajangan di ruang tengah. Alin tetap bisa menghapal semua program TV tapi kegiatan itu sudah tidak lagi menyenangkan saat ini. Jadi kangen liat ekspresi si Diny yang serius banget kalo lagi nonton sinetron, si Putri yang FTV lovers, dengerin cerita Riyani yang suka ma film keak-keak, si Mei yang selalu merapikan rambut saat bangun tidur, si Indri yang barangnya ada dimana-mana, si Vina yang selalu berdiam diri di kamar dan si Tiwi yang hobi banget bersih-bersih di dapur. Yang pasti, Alin kangeeeeeen dengan aktivitas pagi, siang, malam kita. Apa mau dikata sekarang itu jadi kenangan yang kalo diingat-ingat suka bikin ketawa sendiri.

Perahu kertas mengingatkan ku
Betapa ajaib hidup ini ….

Life must go on… hidupmu, hidupku, dan hidup kita haru selalu berjalan. Layaknya roda kehidupan, kadang ada saatnya berada dalam kesedihan dan keputus asaan kadangkala kita dengan mudahnya meraih apa itu  yang disebut dengan suka cita. Kamu, aku, kita, yang pasti semua itu sudah punya takdirnya sendiri. Aku percaya kita semua pasti bisa melewati roda-roda itu. Hanya usaha, kerja keras, terus dan terus bangkit tanpa kenal lelah serta doa-doa yang senantiasa terpanjat di setiap sujud kita yang pada akhirnya akan menentukan kecepatan dan laju roda-roda kehidupan. Ada tiga cara Sang Pencipta mengabulkan doa-doa hambaNya. Pertama, doa tersebut langsung dikabulkan dalam waktu dekat. Kedua, doa tersebut ditangguhkan karena bisa jadi saat ini bukan waktu yang tepat doa itu dikabulkan dan Maha Pengabul Doa masih ingin mendengar suara merdumu untuk terus bermunajat padaNya. Ketiga, doa tersebut tidak dikabulkan melainkan diganti dengan hal yang lebih baik. Dan semoga kita menjadi salah satu yang tak pernah berhenti berdo’a.

Well, pada akhirnya, Whatever, setiap dari kita sudah menentukan jalan hidup terbaiknya, that’s the choice. Toh Depok ini hanya tempat persinggahan sementara, karena kita pada akhirnya akan merajut kisah masing-masing bersama dengan orang yang kita sayangi nantinya. Lagipula, dunia maya masih memungkinkan kita bertemu dan bertegur sapa meski raga tak bisa saling menyentuh. Ketikan kalimat yang muncul di layar itu menunjukkan bahwa kalian dalam keadaan baik-baik saja disana. Selamat membaktikan diri untuk cita dan cintanya ya teman-teman. Merindukan kalian selalu dimanapun berada.

Ku bahagia …
Kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku
Menemukanmu …


Celebrate 2nd


 SEMANGAT 1 SEPTEMBER 2018...^__^

sources: re-write from Nurhalina "Umi" Sari's note in Facebook.

Sabtu, 22 Desember 2012

Semoga Mengerti.

Ada yang bilang, "kita tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya, sampai kita merasakan sendiri."

tapi, ada juga yang bilang, "untuk bisa mengerti, kita tidak perlu merasakan apa yang orang lain rasakan, cukup dengan mendengar."

Pedasnya cabai tidak akan pernah kita ketahui apabila tidak memakan cabai itu sendiri.
Sebenarnya bisa saja, asal kita PERCAYA.

Tapi mengapa harus pedas? mengapa namannya bukan pahit atau manis? mengapa manis dinamakan manis, bukan asin atau pahit?

karena takdirnya sudah begitu. ada beberapa persoalan yang sebenarnya hanya Tuhan yang tahu sebab akibatnya.  

mungkin ada juga, yang baru mengerti arti ke-manis-an, setelah merasakan ke-pahit-an.

Baru mengerti arti sehat, kalau sudah merasakan sakit.
Baru mengerti arti dicintai, kalau sudah pernah mencintai. apalagi kalau yang sebelah tangan, nah!

Baru mengerti pentingnya bersyukur, kalau sudah pernah susah.

ada yang harus mengalami "begitu" dulu, baru bisa mengerti.

Bahkan jika sudah sama-sama merasakan pun, kememungkinan untuk menjadi "tidak mengerti" masih ada.

Untuk sebagian orang, durian itu enak, sebagian lagi bilang enek.
Sebagian orang setuju kalau minum kopi itu enaknya ya pakai gula. tapi masih ada yang bilang, "ah, enakan ga pake gula kok."

"ah, nasi gorengnya pedes banget, ga enak makannya!"
"siapa bilang? ini pedesnya pas kok, enak banget malah!"

"eh, lo ngefans sama Justin Bieber ya? apa bagusnya sih dia? biasa aja gitu"
"iih, lo nya aja yang ga ngerti, dia itu keren banget tau."

"apa lucunya sih stand up comedy gituan, ga lucu, masih lucuan ovj kemana-mana deh"
"ih standup comedy tuh menurut gue lebih lucu, ovj tuh apaan, ngetawain yang ga penting"

"bajunya merk apa? bagus deh"
"lo suka bajunya? atau merknya?, ga tau merk apa, logonya tulang ayam"
"oh, ternyata merk biasa ya, ga jadi bagus deh kalo gitu"

rasa dan perasaan itu sungguhlah relatif.
pahit, manis, asam, asin.
senang, sedih. bahagia, kecewa, kesal, menyesal, dan beribu rasa yang tak terdefinisi lainnya.
tidak dapat ditanya satu sama lain, tidak dapat ditebak satu sama lain, tidak dapat dimengerti satu sama lain, tidak dapat diukur satu sama lain, apalagi dibandingkan. satu. sama. lain.

masalah selera. apalagi masalah hati.
tidak ada yang baik atau buruk, tidak ada yang bagus atau jelek, tidak ada yang benar atau salah.

menjadi manusia sebagai makhluk yang mengakui adanya Tuhan, menurut saya tidak perlu memaksakan jadi orang baik, asal kita tahu mana yang benar. Jadi orang yang benar sepertinya lebih mengasyikkan daripada jadi orang baik.

yang baik, belum tentu benar.
yang benar, insyaAllah baik.

kita tidak bisa bilang kalau seseorang itu pelit, hanya karena dia tidak memberi uang recehnya kepada pengamen yang sedang bernyanyi di depan kita.
Coba kita pikirkan beberapa kemungkinannya.

siapa tahu lagi ga punya uang, boro-boro mau ngasih, uang yang ada aja cuma cukup buat ongkos dan buat makan sekarang.
siapa tahu lagi ga punya receh, karena cuma punya uang recehan 10 ribuan di dompet, kalo ngasih duit 10 ribu ke pengamen, ntar dikira sok kaya.
atau siapa tahu dia maunya ngasih banyakan, tapi di dompet cuma ada recehan.

cuma dia dan Tuhan yang tahu.
begitupun alasan untuk tidak memberi pengamen itu upah, orang lain tidak perlu tahu.

karena ada beberapa hal yang akan jadi lebih baik, apabila tidak ada diberitahu.

jika ada yang bilang, "kalo gue jadi elo, gue akan..., gue ga akan...., gue mau...., gue ga mau..., gue mungkin....., gue ga mungkin...., gue pasti......bla bla bla..."

"kalo gue jadi dia, gue akan...., gue ga akan...., gue mau....., gue ga mau...., gue mungkin...., gue ga mungkin...., gue pasti....bla bla bla.."

Tapi nyatanya, si gue itu bukan si elo, si gue itu bukan si dia. dan ga akan pernah jadi si elo atau si dia.

banyak juga yang bilang, "coba lo jadi gue, lo pasti ngelakuin hal yang sama."

lagi-lagi, nyatanya, si elo bukan si gue, si dia bukan si gue. Si gue bukan si elo, si dia bukan si elo. Si elo bukan si dia, si gue bukan si dia.

berhubung penilaiannya sangat amat subjektif sekali, maka secara pribadi menurut saya tidaklah terlalu  penting mengerti baik dan buruk atau bagus dan jelek.

yang jelas, manusia yang percaya Tuhan dan beragama, pasti punya pedoman, punya aturan, dan punya batasan. bukan baik dan buruk, tapi benar dan salah.

Jangan menilai buku dari sampulnya.
Bacalah.
Jika jelek, jangan marah kepada yang bilang bagus.

Jangan menilai film dari judulnya.
Tontonlah.
Jika bagus, jangan cela kepada yang bilang jelek.

Jadi, semoga mengerti.

Senin, 03 Desember 2012

Jika mimpi kita....

" Jika mimpi kita serupa, bukan berarti jalan kita beriringan. Mungkin saja Tuhan hanya menguji kita, setabah apa kita.. yang bertemu, tapi untuk berpisah. "

@perihujan

Sabtu, 01 Desember 2012

Do you?

Do you, sometimes think the consequences of your actions? 

That every single time you bully or say something against someone, they are hurt? 

Twice pain as the moment you endowed yourself from enjoyment. 

Do you actually realize that you do not become strong just because you are over someone else? 

Resentment isn’t the answer, its understanding. 

People do really commit mistakes, but what’s new? We are all human beings.  

We are not God. 

Do you even think that God is pleased every time you hurt someone? 

Say negative things about someone? 

Its indifference. Indifference by the way we should accept one another because we are all created in His image.

Jumat, 30 November 2012

Who They Are.

“Only once in your life, I truly believe, you find someone who can completely turn your world around. 

You tell them things that you’ve never shared with another soul and they absorb everything you say and actually want to hear more. 

You share hopes for the future, dreams that will never come true, goals that were never achieved and the many disappointments life has thrown at you. 

When something wonderful happens, you can’t wait to tell them about it, knowing they will share in your excitement. 

They are not embarrassed to cry with you when you are hurting or laugh with you when you make a fool of yourself. 

Never do they hurt your feelings or make you feel like you are not good enough, 
but rather they build you up and show you the things about yourself that make you special and even beautiful. 

There is never any pressure, jealousy or competition but only a quiet calmness when they are around. 

You can be yourself and not worry about what they will think of you because they love you for who you are. 

The things that seem insignificant to most people such as a note, song or walk become invaluable treasures kept safe in your heart to cherish forever. 

Memories of your childhood come back and are so clear and vivid it’s like being young again. 

Colours seem brighter and more brilliant. 

Laughter seems part of daily life where before it was infrequent or didn’t exist at all. 

A phone call or two during the day helps to get you through a long day’s work and always brings a smile to your face.

In their presence, there’s no need for continuous conversation, but you find you’re quite content in just having them nearby. 

Things that never interested you before become fascinating because you know they are important to this person who is so special to you. 

You think of this person on every occasion and in everything you do. 

Simple things bring them to mind like a pale blue sky, gentle wind or even a storm cloud on the horizon. 

You open your heart knowing that there’s a chance it may be broken one day and in opening your heart, you experience a love and joy that you never dreamed possible. 

You find that being vulnerable is the only way to allow your heart to feel true pleasure that’s so real it scares you. 

You find strength in knowing you have a true friend and possibly a soul mate who will remain loyal to the end. 

Life seems completely different, exciting and worthwhile. 

Your only hope and security is in knowing that they are a part of your life.”

― Bob Marley

karena dan maka

………..
Entahlah, manusia memang penuh dengan sejuta rahasia.
Kapan marah, kapan sedih, kapan lagi butuh sendiri, kapan lagi butuh ditemenin.

Manusia selalu pandai menyimpan perasaan. Selalu.
Saat ditanya, “lagi kenapa?”
Jawabannya kemungkinan akan, “ga papa.”
Saat ditanya “siapa?”
Jawabannya mungkin, “bukan siapa-siapa”
Padahal baru saja berkoar-koar mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya patut disyukuri.

Adakah yang merasa yang tidak mengerti, kalo seseorang nanya “lagi kenapa” itu bukan karena mereka mau ikut campur urusan kita, tapi mereka ingin kita tahu kalo kita punya tempat untuk bercerita, 

ya mungkin bukan orang yang punya sejuta solusi untuk setiap masalah pada diri manusia, tapi yang pasti manusia adalah makhluk yang punya sejuta telinga untuk siap mendengar semua cerita dan keluh kesah kita.

Manusia sudah ditakdirkan dengan berbagai hal dan masalah yang akan menjadi beban.
Manusia hebat dalam hal pemendam perasaan? Banget.
Tapi yang mesti diingat, manusia ya manusia. Bukan malaikat.
Manusia menuntut tapi ga mau dituntut.
Ga terima? Ya mari renungkan.

Manusia jadi sedih, manusia jadi senang, karena adanya kepedulian dan kasih sayang.
Manusia jadi bengis dan sadis, ketika kasih sayang dan kepeduliannya pergi, apalagi dikhianati.

Karena sayang, maka peduli.
Karena peduli, maka sayang.
jika dua-duanya hilang.
Maka jangan Tanya apa-apa lagi.

Satu janji.

Bersama atau tidaknya kita nanti, aku masih berharap bisa berjalan menyusuri pantai denganmu.

Merasakan angin berhembus di sisiku, di sisi kita berdua.

Merasakan ombak yang menggapai kaki kita.

Memandang laut berdua denganmu.

Selama ini kita hanya menikmati pantai sendiri-sendiri.

Kau tahu? Dari sekian banyak janji yang kau ucapkan padaku, dan dari semua kemungkinan dan ketidakmungkinan janji-janji itu bisa kau tepati atau tidak, 

Hanya ada satu janji yang benar-benar aku ingin kau tepati.

Ingat janjimu?

Membangunkan aku di hari yang cerah, lalu kau ajak aku ke pantai, kau temani aku berjalan menyusuri pantai, berfoto bersama, membangun istana pasir, memandang garis mata,

………….. sampai matahari terbenam.

Bisa? Satu janji ini saja.

Karena hari itu aku pasti akan sangat bahagia.

Tidak perlu menggandeng tanganmu, tidak perlu mengenggam tangamu, dan tidak perlu memilikimu.
Cukup berjalan, temani aku saja.

Maka jika kita tidak bersama nantinya, 
itulah hari paling bahagiaku bersamamu.

Kejarlah daku, maka kau jodohku.

Sehari sebelum berangkat, gue sempet mikirin sang dewa fajar.
Dewa yang dulu pernah gue puja, 
tapi akhirnya gue sadar kalo pada akhirnya sang dewa tidak ditakdirkan untuk jadi pujaan hati gue.

Gue pengen ketemu, ga pengen ngapa-ngapain, cuma pengen say hi, tanya kabar, udah cukup kok.
Yang penting gue bisa lihat dia, liat mukanya, ngeyakinin hati gue kalo dia masih hidup.
Karena sang dewa menghilang dan ga pernah gue lihat lagi sejak hampir setahun ini. (kenapa orang-orang pada suka menghilang sih?)

Ya kalo dikasih bonus bisa ngobrol, semakin senenglah gue.

See? Allah mengabulkan doa gue.
Gue ketemu, eh bukan, gue ngelihat, eh bukan juga, tepatnya temen gue yang ngeliat duluan, trus ngasih tau gue kalo sang dewa fajar sebentar lagi akan melintas di sebelah gue.

Jujur, gue deg-degan.
Ga berani noleh. Tapi akhirnya noleh juga.
Yah, sayangnya sang dewa fajar ga ngeliat gue. 
Eh bukan, bagusnya sang dewa fajar ga liat gue.

Tetiba langsung ingat doa gue malem kemaren, ketemu sang dewa. 
Dan dikabulin. 
Ya Allah
.
Dari jauh gue cuma berdaya untuk memandang diam-diam ke arah dewa.
Lalu tiba-tiba berdoa dalam hati, “semoga dia ga liat gue”.
Dan see lagi? Allah lagi-lagi mengabulin doa gue lagi.

dia ga liat gue sama sekali, dan saat mata gue teralih ke teman yang ngajak gue ngomong, eh sang dewa udah lenyap, menghilang entah kemana.

Ah, jadi nyesel.
Iya, penyesalan pasti datangnya belakangan. 

Sehari berlalu, dalam doa, gue berkata sama Allah lagi, 
gue nyesel kenapa kemarin ga gue sapa aja dewanya, padahal doanya udah dikabulin.

Lalu dengan pedenya gue berdoa lagi, 
semoga dikasih kesempatan melihat dewa fajar lagi, semoga dikasih kesempatan melihat sang dewa fajar lagi. 
DAN berani nyapa DAN ngajak ngobrol.

Besoknya, gue lagi nunggu kereta di peron stasiun.
Pikiran gue melayang ke dewa fajar lagi.
Stasiun kereta adalah tempat dulu biasanya gue bertemu dengan sang dewa fajar.
Ada kereta masuk, ah tapi bukan kereta gue.
Gue masih santai sambil memandangi orang-orang turun dari kereta.

Jeng jeng jeng! Fokus mata gue langsung melancip ke sosok yang…
DEWA FAJAR!
Allah ngabulin doa gue lagi.

Lagi-lagi gue membeku ga berani nyapa. 
Dan lagi-lagi sang dewa bisa-bisanya ga liat gue yang lagi duduk di kursi peron, 
sementara dia ngelewatin gue.
Udah di depan mata nih, tetap ga berani nyapa.

………………
Lalu pergi begitu saja.
Sang dewa terus berjalan, menyebrangi rel.
Lalu kereta melaju kembali.
Menghalangi pandangan ke arah sang dewa yang sedang berjalan.
Kereta semakin menjauh dan tak terlihat, seiring dengan tak terlihatnya sang dewa.

Lagi, sang dewa hilang tak membekas.
Kalo gue berdoa lagi minta dijodohin lagi, sangsi bakal dikabulin lagi.

Emang sih, kalo jodoh ga kemana, 
tapi jodoh kalo ga diusahain, ga bakal ketemu juga kan.

Jadi, kejarlah daku, maka kau jodohku. *halah.