pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Kamis, 27 September 2012

Good riddance


'Untung lo bukan istri gue.'

Do I really feel that way? Sometimes, iya.

Relationship  butuh perjuangan, tapi ini bukan relationship. 

Ada juga harapan kalau gue sadar diri dan berbahagia sebagai the lover, dan ga ngerasa perlu merasa memiliki. Suaminya bisa tetap jaga nama baik dan sekali-sekali ketemu dia, sementara gue berbahagia bersama teman yang baik dan setia. 

Tapi ternyata mahkluk insecure ini butuh trophy.
Trophy?

Love is not a victory march. It's a cold and broken.

Tapi setelah seumur hidup ber-cold and broken, 
selalu dicintai tapi tidak pernah memiliki, gue tumbuh menjadi jiwa yang merasa mungkin memang gue kurang pantas untuk dimiliki. 

Mungkin gue hanya pantas untuk disimpan, jangan dilihat orang.
Seperti kata suaminya dan cowo Batak lainnya, gue anak aneh. 
Siapa yang mau sama anak aneh?

I am cold and broken and need my victory march.
Or I need to love myself first, seperti kata Whitney Houston? 
Yang kemaren mati akibat merusak diri sendiri.

Katamu  I love myself enough. Too much, kadang-kadang.

Sayang, mungkin narcissism adalah tanda-tanda permukaan lack of self confidence. 
 Sebagai ahli insecurity, lo seharusnya mengerti itu.

Lo harusnya mengerti, katamu. Lo harusnya mengerti, balasku.
Same old story, like every other couple.

Andai ada satu yang berdiri 'I will be with you till the end' gak akan ada lagi cerita basi insecurity ini.
Do unto others what you want others to do.
But we are not a couple. We are just two kids trying to love each other and end up hurting everyone.
Mungkin lebih baik sampai di sini sebelum lebih banyak lagi yang akan disakiti.
Gak cuma aku dan kamu. Mami papi dan keluarga besarmu. Lebih baik begini. Semua senang dalam ketidaktahuan. 


Today, I wanna be the best freak I can ever be.
 
Gak ada masalah yang terlalu besar untuk diketawakan.

Gak ada masalah yang terlalu kecil untuk diremehkan.
Terima kasih sudah memerahkan hari-hari gue.
Lo memberi gue kaca betapa jauh gue bisa pergi. 
Semoga gue telah menjadi kaca betapa jauh lo bisa pergi.
Sekarang gue gak mau peduli lagi.

So farewell, my soul. Today is a new day.


I am not my past and I am not my future.
I love you. I fear you. I forgive you.
I love me.

#NowPlaying - Tahu Diri

hai, selamat bertemu lagi.
aku sudah lama menghindarimu.
sial pula kau ada disini.

sungguh tak mudah bagiku
rasanya tak ingin bernafas lagi
tegak  berdiri didepanmu kini

sakitnya..
menusuki jantung ini..
melawan cinta yang ada di hati.


dan upayaku tahu diri, tak selamanya berhasil
pabila kau muncul terus begini
tanpa pernah kita bisa bersama

pergilah, menghilang sajalah lagi.

bye, selamat berpisah lagi.
meski masih ingin memandangimu.
lebih baik kau tiada disini.

sungguh tak mudah bagiku.
menghentikan segala khayalan gila.
jika kau ada.

dan ku cuma bisa meradang, menjadi yang disisimu.
membenci nasibku yang tak berubah.

dan upayaku tahu diri, tak selamanya berhasil.
pabila kau muncul terus begini.
tanpa pernah kita bisa bersama.

pergilah, menghilang sajalah lagi.

berkali-kali kau berkata,
kau cinta tapi tak bisa.
berkali-kali ku tlah berjanji,
menyerah.

pergilah, menhilang sajalah lagi.
pergilah, menghilang sajalah lagi.
 

Titik Penting


“kadang aku berpikir, dapatkah kita terus coba, mendayung perahu kita, menyatukan ingin kita.”

Tempat ini sudah lumayan maju beberapa tahun terakhir, 
tempat benda sebesar itu lalu lalang hilir mudik bergantian keluar masuk.
Ramai. Baik manusia ataupun barang.

Gemilang salah satu partikel keramaian itu.
Duduk, di pojok tidak sehat ini sembari memegang benda ini sambil membolak-balikkannya tidak jelas.
Tangan sedikit gemetar. Hanya mata saja yang dipaksa untuk tidak bereaksi mengeluarkan butir-butir airnya.

Disini ramai.
Tapi bagi Oge, tempat ini baru saja sepi.
Terus memandang ke langit, berharap benda itu tiba-tiba terbang mundur.
Tapi, langitnya bersih, biru. Mungkin sebiru hati Oge.

“sedang selalu saja, kilat yang kecil mengusik, bagai ombak yang besar goyahkan kaki kita”

Beberapa menit yang lalu, Oge tidak sendiri seperti ini. 
Tapi tetap dengan tangan yang gemetar dan hampir yang berlinang. 
Oge menahan diri. 
Di depannya berdiri sesosok laki-laki yang menjadi satu-satunya alas an mengapa Oge ada di tempat ini sekarang.

"Genggam tanganku jangan bimbang, tak usahlah lagi dikenang, naïf diri yang pernah datang, jadikan pelajaran sayang."

Oge bersama Adab. Beberapa menit yang lalu.
Oge mungkin takut, setiap berpisah dengan Adab, Oge seolah tidak siap jika seandainya ini menjadi pertemuannya yang terakhir dengan Adab.

Keduanya masih berharap pelangi itu masih ada setelah hujan ini.

"Dengar bisikanku Oh Dinda, coba lapangkan dada kita, terima aku apa adanya, jujur hati yang kita jaga."

"Bila gundahmu tak menghilang, hentikan dulu dayung kita."

Teruntukmu Adabku, selamat menerjang lautan lagi, mari berlayar di kapal masing-masing.
Sesibuk apapun itu, seberapa tahunpun itu, sekeras hantaman ombakpun, jangan sampai tenggelam.
Semoga kelak akhirnya di titik penting pelabuhan layarmu, kita bisa bertemu.

                                                                                                
 Agustus, 2012.

Counting Day


11 agustus. 
Ah baru hari pertama, pasti kejaga komitmennya. 
Ya gapapa lah, post tweet ulang tahun buat temen yang lagi di mesir.

12 agustus. Day 2. 
Aman. Ada notifikasi mention orang ngucapin makasih atas ucapan ultahnya. 
Ga usah dibales,buruan tutup lagi twitternya.

16 agustus. Buka twitter karena terpaksa. 
Akhirnya keterusan.

17 agustus. Rencana gagal total.


Sekarang, tiap buka handphone yang di cek adalah thread messaging, email, thread whatsapp, and of course timeline people.

Bahkan si kacrut ganteng bilang:
“makanya, sekalian aja ga usah punya accountnya, gampang kan!”

No twitter, no cries sih, but damn, you’ll get no info.