pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Kamis, 19 September 2013

"Ih cantik banget ya, Ih pinter banget ya."

Miss World vs World Muslimah

Gue berbicara sebagai perempuan yang beragama islam,
sebagai orang Indonesia, dan sebagai orang yang ingin mengemukakan pendapat.

Beberapa minggu yang lalu, masyarakat Indonesia dibantu oleh media jenis apapun di Indonesia sedang membicarakan pro kontra Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan kontes kecantikan bergengsi dunia, Miss World.

Banyak yang mendukung, ga sedikit pula yang menentang.
Gema yang paling kencang sih ya yang berasal dari mereka yang menentang.

Sejauh yang gue amati, ajang Miss World ditentang karena acara begituan cenderung menjadikan perempuan sebagai barang komersil, yang bisa dijajakan, dipamerkan, dan dipilah-pilih.
Fokus utama orang awam sih ke fisik.
Karena dari sisi itulah pro kontranya timbul.

Indonesia sebagai negara islam, eh bukan, Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, iya berarti ada yang non-islam.

Siapa yang menentang acara itu? jawabannya adalah orang islam yang pingin menentang,
yang ga pingin ya diam aja, mungkin mencoba memandang segala sesuatu dari berbagai aspek dan mengambil sisi positifnya, termasuk gue.
Ga perlu gue jelasin dari segi aspek apa aja dan apa sisi positifnya, karena gue yakin yang baca ini juga udah tau.

Semua orang juga udah tau, yang mau ditunjukkin dari acara Miss World itu adalah siapa-siapa aja sih wanita yang cantik dari seluruh dunia, dengan badan bagus, otak dan wawasan cemerlang, dan kepribadian oke.

Ya maksud gue, yang ga cantik ga mungkin kepilih kan.
Banyak perempuan diluar sana pinter, berkepribadian oke, tapi fisiknya yang entah dapet darimana indikatornya sehingga di kategorikan ke "tidak cantik".
Jadi fokusnya, tetap fisik lagi kan?

Nah, beberapa hari kemudian, gue lihat iklan di TV, ada acara world muslimah.
Tadinya gue berpikir, lha acara apa tuh? Beneran mencakup "world"?
Enam negara yang ikut, yaitu Indonesia, Iran, Malaysia, Brunei, Nigeria, dan Bangladesh.

Sama sih kayak miss world, bedanya yang boleh ikut ini cuma cewek-cewek beragama islam.
Satu lagi, beragama islam dan memakai simbol keislamannya, yaitu pakaian tertutup disertai kerudung, sesuai dengan syariat islam.
Dan satu lagi, bisa ngaji, dan hafal Al-quran.

Jadi, yang islam, yang cantik, yang pinter dan pinter ngaji, tapi ga jilbapan, udh pasti ga lolos kan?
Yang islam, yang ga cantik (menurut orang awam yg cuma punya indikator "enak diliat" aja), maaf, item misalnya, pesek misalnya, gendut misalnya, juling misalnya, sumbing misalnya, pendek misalnya, tapi pinter, pinter ngaji, dan hafal quran, tetap ga akan kepilih juga kan?
Fokus utama sama aja kayak miss world, fisik (lagi) kan?

Lha sama aja dong?
Tetep aja itu cewek disuruh dadah-dadah cantik, nyengar nyengir anggun di panggung, sambil diliatin oleh banyak pasang mata manapun di dunia. Baik laki-laki, maupun perempuan.
Yang jelas, laki-laki normal yang nonton acara beginian sih gue yakin memang fokus sama pemandangan fisiknya doang.
Yang diliatin apanya? Ih badannya bagus ya, ih mukanya cantik ya, pinter pula, pengen deh punya badan kayak gitu, pengen deh punya bini kayak gitu.
Sebatas itu sih pendapat dan komentar yang gue dengar, selebihnya wallahu 'alam.

Nah, kalo mau dipikir dari satu sisi saja, tetap aja acara world muslimah ini harusnya ga boleh diadain, sama kayak miss world.

Kenapa? Lha, sama-sama mempertontonkan perempuan, sama-sama menjadikan perempuan sebagai bahan bisnis komersil, sama-sama memanfaatkan perempuan untuk mempromosikan sesuatu, persuasif.
Setahu gue, di islam juga ada larangan untuk mendekati hal-hal yang mengarah ke zina, yang salah satunya adalah memandang wajah atau mata perempuan yang bukan muhrimnya berlama-lama (bagi laki-laki) karena dikhawatirkan akan menimbulkan syahwat.
Apalagi mandangin badannya.
Setau gue sih, koreksi aja kalau salah.

Misal gue kasih usul, kalo mau memberi tahu dunia bahwa muslimah juga bisa diandalkan, juga bisa multitalented, juga bisa pinter, juga bisa mengaji, ga kalah sama perempuan lainnya, gimana kalo dipakein cadar semua? toh katanya yang mau diliatin adalah pinternya, pinter ngajinya, karakter dan kepribadiannya, berarti muka ga ngaruh dong?

Usul gue pasti ditolak mentah-mentah kan?
Kalo usul itu dipake, berarti darimana daya tarik acara itu dong?
Yup, daya tarik.
Daya tarik buat cari keuntungan, keuntungan di dapet dari banyaknya orang yang nonton.
yaitu muka yang (menurut indikator awam) cantik.
Fisik lagi kan?

Ini karena gue memandang hanya dari satu sisi saja,
pasti banyak yang gatel mulutnya karena ga setuju.
Begitu juga dengan acara miss world.

Ini bukan tentang gue mendukung atau tidaknya kedua acara ini lho.
Atau nunjukkin seberapa alimnya gue untuk bisa ngomongin hal-hal tersebut.
Don't you know what i mean?

Belajar dari ini, hal yang mau gue simpulin adalah mungkin kalo segala sesuatu itu bisa dipandang dari segala sisi, lo akan ketemu titik dimana lo bisa paham.
Tapi kalo memandang segala sesuatu itu dari satu sisi saja, apalagi sisi yang negatif, percaya deh, lo akan stuck.

"Muslimah itu bukan untuk dikonteskan, apapun bentuknya apapun caranya." -Felix Siauw

Selasa, 17 September 2013

Semoga Otak Tak Sepayah itu.

Ada baiknya, yang merasa hidupnya kaya,
dari ujung kaki sampai ujung kepala merasa yang paling kaya
kiri kanan, depan belakang, atas bawah
dikelilingi orang kaya.
maka carilah satu teman yang miskin.

Ada baiknya, yang merasa hidupnya miskin,
dari sabang sampai merauke merasa yang paling miskin
ayah miskin, ibu miskin, teman miskin
dikelilingi orang miskin.
maka carilah satu teman yang kaya.

mudah-mudahan otak tidak jadi sepayah itu.
sempit.

Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lenggang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?

Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara

Tahanlah, wahai waktu
Ada selamat ulang tahun
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga
Menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara

Jangan berjalan, waktu
Ada selamat ulang tahun
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada
Menantiku

Mundurlah wahai waktu
Ada selamat ulang tahun
Yang tertahan tuk ku ucapkan
Yang harusnya  tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang slalu membara

Untuk dia yang terjaga, menantiku.

"Selamat Ulang Tahun" Rectoverso, Dewi Lestari
Maafkan wahai waktu,
Pertama kali dan terakhir kalinya, aku berniat dengan nama Tuhanku.
Ingin melupakannya, juga melupakan selamat ulang tahun ini.
Bantulah, wahai waktu.



Rabu, 11 September 2013

Rasa Tak Terdefinisi

Berjuta perasaan, bermiliar manusia, beribu detik detak waktu.
Hingga sampai pada rasa yang terdefinisi ini.

Tak terdefinisi, tak terpapar, hanya bisa dimengerti jika sampai diri sendiri lah yang merasakan.
Saya jatuh cinta. Jatuh cinta pada dunia yang tak terdefinisi ini.

Ingin tahu, ingin bertemu, ingin memberi, ingin bersama, gejala rasa sayang mungkin.
Sayang yang bagaimana bentuknya itu tidak penting, cuma sayang, itu saja.
Jika ada yang rasa yang tak terdefinisi lain, maka itu pasti bagian dari rasa sayang ini.

Apakah saya akan melupakan? Atau sebaliknya malah dilupakan?
Tak masalah.
Kenangan sudah ada.

Manusia bisa berubah, tenanglah pada kenangan, sampai peradaban berganti pun, kenangan itu tidak berubah, tidak akan.

Yang mana?

Kebahagiaan yang mana?
Kebahagiaan setelah berdiri tertawa terbahak tersenyum manis penuh cinta setelah menyakiti orang lain?
Uh, maaf ini bukan curhat.

Kejujuran yang mana?
Kejujuran bak pahlawan pemberantas kebohongan setelah membohongi habis-habisan orang lain?
Uh, maaf, perlu diketahui sekali lagi kalau ini bukan curhat.

Pengorbanan yang mana?
Seolah-olah berkorban, tanpa sadar sudah mengorbankan orang lain.
Uh, semakin mengindikasikan kalau ini curhat, tapi percayalah kalau ini memang bukan curhat.

Kesakitan yang mana?
Berkata sakit saat ternyata mampu memperlihatkan ke semua penjuru dunia atas senyum yang paling indah itu.

Such a cat  shit.

Lagi, Kebahagiaan itu memang relatif, kebahagiaan itu tergantung siapa yang merasakan, kebahagiaan itu milikmu sendiri, bukan milik orang lain, jika kau berkorban, sudah jelas ada korban.

Jika ada korban, yakin semua orang bahagia?

Baiklah.

Baiklah.

Dua bulan ini saya tidak menulis.
Tidak mempublikasikan tulisan lebih tepatnya.
Karena saya bingung, saya bingung dengan "suasana" saya.
Ketika saya mem-post salah satu tulisan ke salah satu cybermedia sosial, banyak mention yg masuk "ini blog atau diary?", "isi blognya galau2 semua kayaknya", "ciye yg jarang curhat di twitter dan facebook, curhatnya di blog ternyata."

Hm. Saya sebenarnya agak sedikit kebal dengan rude comment ini.
Komentar yang sepertinya datang dari orang yang tidak punya gairah dan wawasan dalam seni tulis-menulis. Wajarlah.

Banyak hal yang saya tulis, lalu sering berpikir, kenapa saya menulis apa yang saya tulis? Kenapa harus saya post di blog?
Saya berimajinasi, saya berpikir, saya ingin berbagi dan saya punya batas, lalu saya ingin mengabadikan serta membagikan imajinasi itu dengan batas yang saya punya.

Iya, jawabannya karena saya hanya ingin menulis.