pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Kamis, 03 Oktober 2013

Happy wedding, Reni!



Sebelum membaca, saya mau beritahu dulu, isi tulisan ini sebenarnya penuh dengan kelebaian, tapi jujur ditulis dengan perasaan yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam (kelebaian pertama).
Tulisan tentang pengalaman kondangan doang sih, jadi sebelum nyesel bacanya, mending di exit-in sekarang juga :p

Saya mulai menulis ini tepat 3 jam setelah Reni mengirimkan pesan singkat yang mengabarkan bahwa dia akan menikah, dan hari ini tepat H-30 hari bahagia itu. 
Iya sebulan. 
Persis satu bulan sebelum dia mendengarkan ikrar suci nan sakral itu dilafazkan oleh calon suaminya (setelah tulisan ini di post, sudah resmi jadi suaminya)

"Assalamualaikum Nin, i want to tell something. Jangan marah ye klo dak dari dulu cerita and jangan cerita sm yg lain dulu. You are the second i told about this. Rencana nya next month i will get merried, Insya Allah. Ssstt... remember this is still a secret."


Yes, that was her text to me.

Pesan itu datang pukul 18.45, saya yang baru saja tiba dirumah dari pulang kerja, sejenak terdiam, mikir, kaget, setengah tidak percaya, sempat mengira ini hanyalah bagian dari guyonan reni, ah tapi saya tahu banget ini bukanlah gaya candaan reni.
Ternyata bukan candaan, bukan kurang kerjaan, tapi beneran, and....that's so surprising me.
Reni akan menikah bu-lan- de-pan. BULAN DEPAN.

Oke, siapa reni ini. Dulu saya pernah menulis postingan tentang dia, sesaat sebelum hari ulang tahunnya yang ke 23. Dan hari ini, saya menulis tentangnya lagi tepat di waktu sebulan sebelum pernikahannya. Oke, ehem, per-ni-ka-han-nya.

Reni, teman saya dari SMA. Buat saya, dia adalah seorang yang mampu menjadi teman dengan cara yang berbeda. Bahkan dia sudah bisa jadi sosok a true friend sebelum saya menganggap dia sebagai sahabat.
Demi Tuhan, perasaan ini sungguh campur aduk, tentu saya bahagia, reni sudah dipertemukan dengan jodohnya, reni akan menjemput kebahagiaan kemudian membangun kerajaan cinta bersama pangeran terbaik yang dianugerahkan untuknya.

Pertanyaaan-pertanyaan imajinasi saya selama ini, seperti siapa ya yang jadi suami saya nanti? siapa ya yang jadi suami reni nanti?, siapa ya yang jadi suami teman-teman nanti?
Jawaban pertama ada di reni.
Bahagia? iya, banget.
Sedih? dikit sih hehe.

Ah, saya tahu ini tidak boleh, ibarat seorang anak manja yang baru punya adik dan takut kehilangan perhatian dari orangtuanya.
Dulu ketika saya senang, sedih, cemas, gelisah, gundah, gulana, apapun itu definisinya, reni adalah orang pertama setelah keluarga yang ingin saya bagi.
Kalo lagi bosan, lagi ingin bercerita, saya hampir selalu ke rumah reni, ketika merasa ga ada satupun yang dengerin saya, entah kenapa saya merasa reni lah yang paling bisa mendengar. 
Walaupun jarak dari rumah saya ke rumah reni bisa menempuh waktu berjam-jam dan jarak berkilo-kilo meter, harus menerjang derasnya arus sungai dan arus kemacetan (maaf lebai haha, cuma Kalidoni-Jakabaring doang kok).

Yang saya sedihin itu, setelah menikah, reni bukan milik bersama lagi, dia milik suaminya, begitu juga saya nanti jika menikah.
Walaupun reni sudah menikah nantinya, saya tahu saya tidak akan kehilangan partner untuk berdiskusi, tukar ide dan pikiran, atau sekedar berbagi cerita pengalaman hidup.
Tapi kalo yang ini, sepedaan ngalur ngidul, laya leye di kamar, badmintonan, ngabisin waktu ga jelas cuma buat nyari tempat jajan yang enak, hmmm ya mana bisa lagi begitu, haha.

I know life must go on. And everybody will get it.

Pasca lulus kuliah, saya mulai rada ga nyaman sama situasi dimana usia ini adalah memang usia yang sudah layak untuk menikah.
Reni, tahun ini 24 tahun.
Saya, tahun ini 22 tahun.
Dimanapun lo berada, selama yang ngumpul adalah cewek-cewek berusia 20an, serandom apapun topik yang diobrolin, percaya deh, topik pernikahan akan jadi trending topic.

Saya ingat obrolan dengan Reni dulu,


"ternyata gini ya ren, rasanya punya kepala dua.
kita sekolah, kuliah, kerja, atau mikirin kuliah lagi, mikirin kerjaan lagi, trus...apalagi?"
"nikah lah nin." jawab reni.
Saya diam. Saya baru 21 tahun waktu itu.
"hmmmm, jangan-jangan reni bentar lagi nih."
"iya lah nin, apalagi? Sarjana udah, kerja udah, tinggal nikah lah, kita nungguin apalagi?"
"Tapi ren, kan masih banyak cita-cita dan mimpi yang belum terwujud."
"itu mah sambil nikah juga bisa, Nin."


Pertama kalinya saya sadar bahwa reni memang sepertinya tidak lama lagi nih akan melepas masa lajang.

Dan hari ini, kabar itu datang.
Kabar bahagia.
Selama ini saya tidak pernah melihat dan mendengar reni bersama atau membicarakan tentang laki-laki yang bukan muhrimnya.
saya dulu juga pernah iseng nanya ke reni "Ren, emang segitu dosanya ye kita pacaran?"
Seperti biasa, Reni hanya tersenyum, mungkin pertanda saya disuruh mikir dan jawab sendiri.

22 Sept 2013 (H-7)
Reni dateng ke rumah, dan seperti biasa, reni datang tanpa ngabarin sebelumnya. Bawa undangan. Ehem. Sumpah ini kejadian baru buat saya. Ada temen yg dateng kerumah bawa undangan nikahan. Kedengarannya saya agak norak dan lebay sih, tapi beneran deh. Ya, karena reni adalah temen deket pertama yang nikah.

Belum terbayang, bahwa seminggu kemudian saya akan datang ke rumah reni, melihat reni tersenyum duduk bersanding dengan ikhwan pilihan hatinya, yaitu Kak Ahmad.

Dan saat tulisan ini berlanjut, adalah hari dimana tulisan ini akan saya posting, dan itu berarti Reni sudah resmi menikah.
Semuanya bukan bayangan lagi, saya menghadiri akad nikah Reni dan Kak Ahmad,  pengalaman selama ini sih, kalo datang ke akad nikahnya sanak saudara, mata agak berlinang-linang dikit karena terhanyut ke sakralnya prosesi itu, haha.

Dan hari ini! saya ngerasain itu lagi, ditambah melihat reni dengan air muka yang bahagia, begitu cantik dan anggun dibalut pakaian adat minang, bahagia sekali rasanya. Kak Ahmad juga begitu gagah dan tampan, serasi dengan reni. 



Barakallah, selamat menempuh hidup baru reni, selamat berbahagia, semoga Reni dan Kak Ahmad diberkahi rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah, dan dititipkan Allah putra-putri yang sholeh dan sholeha.

Dan doakan saja yang nulis ini segera menyusul, eaaa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar