pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Kamis, 07 Februari 2013

Puisi Tak Berjudul

Semesta memuja.
Tercipta atas nama cinta, dari cinta dan untuk cinta.
Mulia.

Suci, syahdu, lembut jamahannya.
Bersahabat dengan mentari rembulan, beradu seiring berputarnya bola raksasa milik Sang Maha.
Menyentuh yang hina, menyentuh yang najis, tak pernah peduli.
Demi keutuhan kesucian bidadari cintanya.

Berjuang di bawah naungan cakrawala biru.
Berpijak di hantaran dingin fragmentasi bebatuan.
Enyahlah gerutu.
Demi ksatria dan bidadari-bidadarinya.

Peluh sebening embun.
Airmata tak beriak bak tenangnya air danau.
Darah sedingin salju.
Perjuangan.

Hujan badai petuah tatkala bidadari meronta.
Beliung tetesan mata jua tatkala pangeran terluka.

Tak dihirau apa dikata belakang telinga.
Genderang hanyalah siulan, tak mampu menggoyah kokohnya benteng cinta.
Semakin detik, semakin menit, semakin jam, semakin hari, semakin minggu, semakin bulan, semakin tahun, dan semakin banyak perputaran bumi.

Hanya satu yang tak lekang oleh zat waktu.
Hatinya, raganya, kasihnya,
Dan tentu saja, cintanya..
Yang atas seizin Pemilik jagat raya, semoga nirwana lah imbalannya.

Selamat ulang tahun kepada wanita yang dengan segenap hati paling aku cinta, Mama.

February, 03rd 2013

Hujan itu Berbicara

Hujan itu berbicara.
Hujan menyampaikan salam rindu.
Hujan mencapkan panah jodoh dan rezeki.

Hujan itu indah.
Cobalah sesekali berbincang dengannya.
Ketika hujan datang, cobalah sesekali berdiri dibawahnya, tadahkan tangan ke arah langit, rasakan tetesan-tetesan air suci itu menjabat tanganmu dengan lembut.
Indah.

Ketika hujan datang, cobalah sesekali keluar ruangan dan berdiri dibawahnya, angkat wajahmu arahkan ke langit, rasakan tetesan air suci itu membelai wajahmu dengan halus.
Indah.

Ketika sedang berteduh, sesekali sempatkanlah melihat hujan turun dari bawah teduhnya sebuah pohon, daun seperti membagi suka cita nya lewat tetesan hujan yang mereka hantar.
Indah.

Ketika sedang berteduh, sesekali carilah lampu jalan, lalu berdiri dibawahnya, saat inilah yang saya suka, tetesan hujan yang turun perlahan dengan disinari cahaya lampu, seperti salju.
Indah.

Hikmah Bersyukur

Adalah sebuah hari ketika penuh dengan seabrek aktivitas duniawi, pergi pagi pulang malam, waktu pulang adalah waktu yang paling dinanti-nanti, ngalahin waktu mau ketemu pacar. #halah
Tapi masih bisa bersyukur karena pergi masih bisa melihat matahari.

Hari ini, sepanjang hari ditemani dengan cuaca yang galau mengundang, hujan, reda, hujan lagi, berujung pada gerimis mengundang.
Seonggok daging dan lemak hidup bernyawa sedang duduk dalam mesin berjalan sedang menuju ke rumah dalam kondisi lelah, lelah jiwa dan raga #lebai.

Manusia tuh apa sih maunya ya? Yang sibuk beraktivitas, pengen libur.
Pas udah libur, maunya punya aktivitas. Termasuk saya.

Saya kangen libur. Dimana saya bisa bangun tidur, ga pake langsung mandi, setel tipi nonton inpotemen, ngunyah-ngunyah cantik, trus mandi, abis mandi baru nonton film seharian, nonton youtobe seharian, atau ngegame seharian.
Kangen. Banget.

Kalo seharian ujan, paling enak menggalaukan diri.
Kayak hari ini nih.
Dalam perjalanan pulang, saya merhatiin jalanan yang basah karena rintik gerimis yg daritadi belum reda (biar dramatis kayak sinetron).

Diiringi lagu pance "ku cobaaa bertahan, mendampingi dirimuuu" saya masih menikmati perjalanan.
Sampai perempatan lampu merah pertama, di luar ada bocah 8 tahunan, rambut di cat merah item, lebih mirip anak musang daripada anak gaul, ngetok2 kaca mobil, ngetok lebih dari 3x.
Saya pikir dia abis ngamen gitu, ternyata ga, dia cuma ngetok2 kaca, minta duit.
Pengen sih sebenarnya ngasih, tapi ngeliat anaknya itu, rambut pake di cat2 gitu, ngetok kaca kaya mau nodong, kan jadi males mau ngasihnya.
Kalo dikasih duit trus duitnya dipake buat beli "lem" atau dipake buat ngasih preman, mending ga usah dikasih ya ga sih?

Gerimis masih setia mengguyur bumi.
Sampai pada perempatan kedua, ada bocah 8 tahunan lagi, tapi yang ini lookingnya ga kayak yg tadi, bocah yg ini masih pake celana pendek warna merah, dipadukab atasan kaos dengan warna yang tak terdefinisi.#ifyouknowwhatimean

Tangannya menjulur ke arah kaca mobil sambil memegang sebuah surat kabar. Setelah kaca dibuka, "Pak, korannya Pak, cuma seribu, Pak."
Akhirnya koran dibeli oleh papa saya sambil bilang, "abis ini kamu pulang ya, ini udah malem dan gerimis, nanti masuk angin"
Bocah itu cuma mengangguk lesu.

Bayangin, jam segini yang udah masuk kategori larut malam, cuaca gerimis, dia masih gentayangan di jalan buat jualan sisa koran yg basah karena kena gerimis, ibarat makanan bisa dibilang udah basi lah.

But, anak ini better daripada yang tadi, mati-matian usaha nyari duit jualan koran ampe malem.
Ga pake minta-minta, ga pake ngemis, apalagi maksa atau nodong.

Dapetin duit seribu, malem itu masih ada kira-kira 3 koran lagi yang tersisa..
Uang 5 ribu, mungkin bagi sebagian anak yang orang tuanya tajir, segitu bahkan ga cukup buat jajan. Sedangkan buat si anak tadi, bisa jadi udah bisa nambahin uang buat makan sehari-hari, atau bisa nabung buat uang sekolah.

Beginilah hikmah bersyukur, usia segitu saya boro-boro ngerti maknanya uang 5 ribu,
kerjaannya cuma ngerti jajan, maen, merengek minta beliin ini, beliin itu, ga dikasih mulai deh ngambek.

Sekarang, udah disekolahin, udah dikuliahin, masih aja demen beli sesuatu yang seharusnya ga perlu dibeli sekarang. Beli sesuatu yang tujuannya cuma nurutin nafsu aja atau mau senang-senang aja.

Capek kuliah, ngeluh.
Capek kerja, ngeluh.
Dikit-dikit ngeluh.

Kenapa kita sering terlalu fokus sama penderitaan ya, selalu sibuk mikirin apa yg belum kita dapet daripada mensyukuri apa yang sudah bikin kita bahagia dan apa yang sudah kita dapet.

Bersyukur.

#Parenting

Nobody's perfect, even our parents, our brother/sister, our teacher, and of course ourself.
Every parent had been being a child. How about their childhood? Have they felt that their parent was so annoying?
Personally, I have.

I have been being a child. I love my parent very much. I'm proud of them so much. But, it doesn't mean that they're never let me down.

Because of it, learning from my life, i won't do anything that i never like from my parent, to my child next day.
Why? Because i know the feeling is.
This is a story about my daily's life.
There's a girl who was studying math in her private class with private teacher.
On the other side, her mommy watched for her, keep attend for her daughter at all.
When her teacher told her to finish some number of math, she couldn't fix it, even a number.
Teacher looked upset and talked to her mommy.
Then, what's happened?
In public rooms, her mommy getting mad.
Everyone could see it. Her mother spoke loudly so i could hear it clearly. So do the others.

I looked at the girl. She was so depressed. Of course she was.
Then i think, does she realizes that she was a bad mother?
Well, i never be a mother, but i can say like that because i'm a child.
If my mother do that, i'll say my mom is the bad mother around the world.

What did she feel? Shamed? The girl can't finish the exercise, is the situation will be better if she getting mad of her daughter in public rooms?
I don't think so.

Her daughter also has a feeling, her daughter don't want it. Her daughter want to make her parent proud of her. But, when everything is felt so hard for her, who's wrong? Who's must response? Who's must support?

Holding her hand, talking heart to heart, smiling, hugging, and the other affections.

If you can't be a best parent, at least you don't need to be a worst parent.

Percayalah, Rendy.

Suatu hari, kita akan tahu apa hikmah dibalik hal sekecil apapun yang terjadi dalam hidup kita.

Dibalik pertemuan kita, dibalik persahabatan kita, dibalik percacimakian kita, dibalik perasaan saling menyayangi kita, dibalik patahan-patahan hati kita, dibalik amarah kita,

Seandainya kita tidak bersama pun, masih ada hikmah dibalik perpisahan kita.

Percayalah, Rendy.
Sesehat dan sesakit apapun aku, nama kecilmu lah yang selalu ada di setiap munajatku.

Percayalah, Rendy.
Sejujur dan sedusta apapun aku, nama kecilmu lah yang aku panggil dalam hati di hari dimana aku membuka mata sampai aku memejamkan mata lagi.

Percayalah, Rendy.
Sesantai dan selelah apapun hariku, dirimu lah yang selalu aku harapkan hadir dalam kembang tidurku.

Percayalah, Rendy.
Sebesar dan sekecil apapun daya ingatku, raut dirimulah yang akan memenuhi ruang-ruang memoriku.

Percayalah, Rendy.
Sedekat dan sejauh apapun ragaku, aku menyayangimu.

Percayalah, Rendy.
Percayalah, Rendy.