pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Sabtu, 14 Mei 2016

Banyak butuh

Lagi kacau.
Butuh naikin iman.
Butuh turunin berat badan.
Butuh nonton lawakan.
Butuh olahraga.

Butuh apalagi ya?

Rabu, 11 Mei 2016

Ga setia setiap saat

Ah dia ga asik.
Kenapa?
Pengennya gue ada terus.
Tapi ga ada pas gue butuh.

Ga setia, setiap saat.

Sabar yah.
Lagian kan dia bukan deodoran.

Kurangin yang manis-manis

Selain bisa menyebabkan obesitas dan  bisa rentan terserang semua penyakit, gue ngerti kenapa kita sekarang harus mengurangin yang manis-manis.

Biar ga manja.
Biar terbiasa sama yang hambar.
Biar terbiasa sama yang pahit.

Jadi kalo udah ga nemu yang manis-manis lagi, biasa aja.

Paling, yang manis bakal jadi basi.

Ga setia setiap saat

Ah dia ga asik.
Kenapa?
Pengennya gue ada terus.
Tapi ga ada pas gue butuh.

Ga setia, setiap saat.

Sabar yah.
Lagian kan dia bukan deodoran.

Hidup Secukupnya


"lo mau kado apa?" tanya Cicang.
"Gak usahlah, Cang,"  jawab gue bukan mau sok jual mahal. 
Tapi kayanya gue udah punya 'segalanya'.

Baju gue ada 30, sesuai jumlah hanger yang muat di lemari. 
Kalau dipakai sehari satu, cukup buat di-rotate sebulan. 
Kaos kaki 5 pasang.
Tas gue ada 5. tiga jinjing, dua backpack, satu buat laptop. 
Koper ada satu-satunya dari jaman kuliah belum beli lagi, travel juga paling jauh ke ujung Pulau Jawa.

Jam tangan ada dua. 
Sebenarnya cukup satu. Hanya yang satu keburu nafsu lihat di Homecraft. gue malas pakai.
Bantal gue ada 4. Sehari-hari gue pake sendiri, tapi kalau teman datang bisa dibagi. Seprai gue ada 3, kelebihan memang... yang dua hibah dari Mama. 

kulkas, mesin cuci, microwave,…….belum punya . 
Katanya gue butuh food processor sih, tapi pasti malas makenya tiap hari. Lebih baik gue kunyah.

HP, laptop, yah itu aja sih harta gue. 
Memang bukan model terbaru, tapi cukup untuk keperluan gue.

Buku banyak yang belum dibaca. Apalagi film. Gak perlu ke Big Bad Wolf lah…hmmm perlu sih.
Rumah belum punya, Mobil gak ada, thank you banget cang kalo lo mau ngasih itu. 

Punya sepeda, tapi udah lama dijual.
Yang tersisa cuma motor butut, tapi setia nganterin gue kemana-mana.

Teringat dulu waktu kecil, tiap ulang tahun Mama selalu menyuruh untuk ajak temen-temen kerumah buat makan bareng. Entah sejak kapan, tradisi keluarga ini berubah. 

Ternyata banyak cang yang gue belum punya.

"Yakin gak mau kado?" tanya Cicang lagi.
Gue mengangguk.


Roti Kukus Tikus


Tikus kecil duduk sendiri
Diam-diam mengunyah roti kukus
Datang si bebek minta dibagi
Tikus kecil gak mau bagi

bebek memewek minta dibagi
Tikus kecil tetap tak berbagi

Bebek merayap coba curi-curi
Ketahuan, langsung digigit

Bebek terkapar pura-pura mati
Tikus kecil tetap tak berbagi

Bebek duduk di sini
Melirik yakin, pasti dibagi.

Tubagus Ismail, Mei 2106.

Bertengkar


Sudah lama mereka tidak bertengkar. 

Katanya dia ingin sekali ke tempat ibadah yang lokasinya diujung kota. Yang lain ingin duduk di bioskop tengah kota, menonton. Yang lain pun menyeberang kota, menjemputnya, takut cintanya akan berkurang.

Mereka pun berkendara, isi bensin cukup 50 ribu, membayar parkir 2 ribu, dan tiket 100 ribu. Untungnya di tengah nonton, dia tidak tertidur.

Setelah nonton, dia ingin minum. Lemon tea 15 ribu dan aqua 7 ribu. Aqua disimpan. Dia selalu membeli kelebihan. 

"Jalan ama lo gak seru" katanya.
“Jalan ama lo banyak komentarnya” kata yang satunya lagi.
Dia hanya ingin bersenang-senang, diam di rumah membuatnya depresi.  Malah dihakimi.

Akhirnya rahasianya selama ini terbuka.  Dia memang gak seru dan tukang komplen. 

Di kota seperti Jakarta, cinta saja tidak cukup untuk orang-orang insecure dengan penghasilan pas-pasan yang ingin pacaran. Tak heran begitu banyak yang sendirian.

"Kalau gak mau ya bilang. Jangan mau-mau tapi akhirnya selalu begini," katanya sebal. Gitu aja kok repot.

"besok ke Subang yuk."

"sekarang aja yuk."

Sudah lama mereka tidak bertengkar.

Ngomong


Kelamaan berkubang di kotak gue, gue jadi lupa betapa bahagianya gue ngomong dan didengarkan orang.
 I have a gift for words, kalau kata guru Bahasa Inggris gue di zaman orok dulu.
Gue di-vote seluruh kelas sebagai orang yang paling jago ngomong.

Seperti hari ini, gue menceritakan cerita-cerita yang menyenangkan.
Sepertinya mereka juga senang mendengarkan.
Tapi kegemaran gue bercerita sebenarnya pedang bermata dua.
Seringkali gue terlalu ketagihan didengarkan dan tidak lagi mendengarkan. 
Padahal cerita gue cuma menarik kalau gue banyak mendengarkan.

Banyak mendengar memperkaya gue dengan cerita-cerita seru orang lain yang akan membawa manfaat bagi banyak orang kalau diceritakan, tapi mereka tidak bisa menceritakannya.
Karena gue dikaruniai banyak waktu menonton karya writer lain, gue jadi lebih peka akan typing dan editing agar lebih fokus menyampaikan rasa.
Karena yang diingat orang adalah rasa. Kadang bahkan cerita pun bisa dilupakan.

Jadi ingatlah hari ini.
Bagaimana rasanya menjadi mulut dari sebuah cerita besar.
Lebih menyenangkan daripada sendirian menjadi the center of attention, ketakutan salah ngomong atau kurang keren.
Rasa ini lebih menenangkan.

Dan semua dimulai dari mendengarkan.

Hujan di Akhir April


Minggu jam 7 pagi, berasa jam 5
Matahari belum muncul
Mungkin kembali berselimut

Malas melihat hujan
Yang muncul di akhir April
Yuhuuu hujan... kau terlambat 4 bulan.

Mungkin disana juga hujan.
suaranya belum terdengar karena tertutup selimut.

Tapi hujan tetap bertahan
Sambil menari bersama kabut
Matahari pulang ke kandang.