pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Rabu, 11 Mei 2016

Matahari Sabit


“besok kita bangun pagi ya, biar bisa lihat gerhana.”
Yang satu nawarin mau naik bukit biar bisa gerhananya lebih jelas.
Tapi harus bangun lebih pagi, gerhana mulai jam 7 pagi.
Jalan jalan aja lha. Ga usah naik bukit.

Parkir di halaman kantor orang.
Melihat aki dan nini lagi yoga-yogaan gitu lah.
Menyebrangi jembatan unyu2 ala taman jepang.
Tamannya bagus, estetikanya jalan. Iya lah, lulusan arsitektur masa ga kreatif.

Dari kursi taman, gue melihat ke atas, silau.
Harusnya bawa kertas ronsen nih.
sebuah matahari sabit bersinar membuat pagi ini terasa sore.
"Di sini mah gak akan total."
Matahari sabit tetap mempesona.

"Ini cuma seratus tahun sekali ya?" tanya Papa.
"Nggak, Pa. 33 tahun sekali."
Pertama kali terjadi tahun 1983, ketika gue masih di antah berantah. Papa dan Mama baru aja nikah.
Berikutnya tahun 2049. gue 58 tahun Yang disana 68 tahun.
Masih hidup ga yah?

Pinggir jalan balai kota, 09 Maret 2016.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar