Aku tahu ini adalah sekelumit dari rengekan yang lemah, yang seolah tidak melihat sisi kehidupan yang jauh lebih rumit
dari ini.
Cukup memang aku tak mengerti yang lain, yang aku tahu memang selalu ini yang mampu mengalihkan semua daya yang diciptakan mengalir dalam diriku.
Entah apa alasan Tuhan mengizinkanku bertemu denganmu, mengenalmu, menyayangimu, sampai di titik hati kita bertemu.
Jika kau tanya lagi, sama denganmu, aku pun tak pernah tahu.
Kita seperti menyatu, mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui.
Aku bersyukur karena kita tidak pernah mendustai diri kita sendiri.
Karena kita tahu bahagia seperti apa yang kita inginkan.
Kau benar, hidup itu memang pilihan.
Pilihan untuk menggapai apapun yang kita mau dalam rangka merasakan kebahagiaan.
Jika mereka berkata hati itu dipilih, bukan memilih.
Dengan rendah hati aku memilih tidak sepakat.
Hati itu memilih.
Menurutku, itu sama saja dengan hati dikorbankan, bukan mengorbankan selayaknya iya memang patut untuk diperjuangkan.
Sebagaimana hukum timbal balik,
sempurnanya adalah bagaimana hati bisa memilih dan dipilih untuk bersama mengarungi samudra besar, yang bernama kebahagiaan.
Jika kau bertanya lagi mengapa hati bisa memilih kita,
dan kita dipilih hati, aku memilihmu, dan aku dipilihmu,
silahkan arungi hati itu sendiri lalu berjuanglah temukan jawabnya,
aku akan lepas tangan, jangan lupa beritahu aku jika kau temu jawabnya,
aku selalu ada untuk mendengar.
Hatiku memilihmu,
Diluar kuasaku untuk membiarkan hatiku jugalah yang kau pilih.
Sama seperti hati yang mempunyai ruang rahasia, senjang bernama jarak dan waktu juga mempunyai rahasia didalamnya, yang akan membuktikan kita semakin mengikat atau justru semakin melepas.
Hati, waktu dan cinta.
Karunia terindah Sang Maha yang pada akhirnya diserahkan sepenuhnya kepada hambaNya.
Menuju keputusan akhir segala persegi dari kehidupan, jangan abaikan huruf "t" yang membuat ketiganya menjadi bermakna dan begitu sempurna: Tuhan.
Cukup memang aku tak mengerti yang lain, yang aku tahu memang selalu ini yang mampu mengalihkan semua daya yang diciptakan mengalir dalam diriku.
Entah apa alasan Tuhan mengizinkanku bertemu denganmu, mengenalmu, menyayangimu, sampai di titik hati kita bertemu.
Jika kau tanya lagi, sama denganmu, aku pun tak pernah tahu.
Kita seperti menyatu, mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui.
Aku bersyukur karena kita tidak pernah mendustai diri kita sendiri.
Karena kita tahu bahagia seperti apa yang kita inginkan.
Kau benar, hidup itu memang pilihan.
Pilihan untuk menggapai apapun yang kita mau dalam rangka merasakan kebahagiaan.
Jika mereka berkata hati itu dipilih, bukan memilih.
Dengan rendah hati aku memilih tidak sepakat.
Hati itu memilih.
Menurutku, itu sama saja dengan hati dikorbankan, bukan mengorbankan selayaknya iya memang patut untuk diperjuangkan.
Sebagaimana hukum timbal balik,
sempurnanya adalah bagaimana hati bisa memilih dan dipilih untuk bersama mengarungi samudra besar, yang bernama kebahagiaan.
Jika kau bertanya lagi mengapa hati bisa memilih kita,
dan kita dipilih hati, aku memilihmu, dan aku dipilihmu,
silahkan arungi hati itu sendiri lalu berjuanglah temukan jawabnya,
aku akan lepas tangan, jangan lupa beritahu aku jika kau temu jawabnya,
aku selalu ada untuk mendengar.
Hatiku memilihmu,
Diluar kuasaku untuk membiarkan hatiku jugalah yang kau pilih.
Sama seperti hati yang mempunyai ruang rahasia, senjang bernama jarak dan waktu juga mempunyai rahasia didalamnya, yang akan membuktikan kita semakin mengikat atau justru semakin melepas.
Hati, waktu dan cinta.
Karunia terindah Sang Maha yang pada akhirnya diserahkan sepenuhnya kepada hambaNya.
Menuju keputusan akhir segala persegi dari kehidupan, jangan abaikan huruf "t" yang membuat ketiganya menjadi bermakna dan begitu sempurna: Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar