pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Sabtu, 06 April 2013

Renungan Teduh Hujan

"Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta."  Soe Hok Gie
Memutuskan untuk tidak bersama itu kadang-kadang bukan karena menyerah,
tapi karena memang ada hal yang tidak ingin, tidak baik, tidak benar, dan tidak bisa dipaksakan.

Mungkin, tidak sesederhana yang dibayangkan saat tahu kita jatuh cinta pada seseorang yang  tidak seharusnya kita cinta.
Beberapa memilih menghindar, sebagian memilih hanya mencoba, yang parahnya lagi, sebagian hanya mempermainkan.

Mungkin sedari awal aku lah yang salah, terlalu serakah dalam kenikmatan yang membabi buta.
Aku datang dengan tidak tulus.
Memberi tapi seolah tidak ingin diberi itu bohong, karena nyatanya aku tidak semulia itu, aku ingin memperoleh kelayakan atau kepantasan yang membayar aku karena sudah memberi.
Terlihat kasar, memang.

Tapi setelah direnungkan, memang itulah kodrat sebagai ciptaan Tuhan. Sebagai maha tidak sempurna.

Sedari enggan bertemu sampai selalu ingin bertemu.
Ribuan hari rayuan, jutaan sapa, dan tak terhingga rasa.
Hanya lembaran-lembaran hati yang dapat menyimpannya dengan jelas.

Sejenak ingin mencinta, tapi sulit.
Sejenak ingin membenci, namun kembali sulit.
Entah apa yang aku sebut "cinta" selama ini adalah benar cinta atau hanya ambisi pembenaran bertopeng cinta.

Aku bersatu, berusaha bersatu.
Untuk tidak membohongi diri bahkan menjujuri diri.

Aku terbatas. Kita terbatas.
Rasa ini tak perlu dibagi, karena tak terdefinisi sama sekali.

Aku melalui perjalanan panjang.
Sejak...tidak tahu kapan, dan sampai...tidak tahu kapan.

Sejak belum mengerti, sampai mencoba mengerti
atau sudah terlalu mengerti
atau ternyata masih belum mengerti sampai detik ini.

Sejak belum dekat,
sampai menjadi dekat,
atau sampai sudah terlalu dekat,
atau ternyata tidak mendekat hingga kini.

Sejak belum jauh,
sampai mencoba menjauh,
atau sampai sudah terlalu jauh,
atau ternyata memang belum jauh hingga detik ini.

Yang aku tahu ada jutaan hembusan nafas,
tak terhingga detakan jantung, dengan kerumunan rasa yang sangat sulit untuk dipaparkan.

Tak perlu disuruh menangis, aku sudah lama menangis.
Tak perlu disuruh bahagia, aku sudah lama bahagia.

Lalu apa masalahnya?
Banyak.

Memutuskan untuk tidak bersama itu kadang-kadang bukan karena sudah tidak peduli, justru karena teramat peduli, peduli untuk menjadi tulus, tulus untuk menjadi peduli.

Memutuskan untuk tidak bersama itu kadang-kadang bukan karena ingin menyakiti, namun karena justru ingin mengantarkan bahagia.
Bahagia untuk tidak terikat, bahagia yang tidak hanya untuk sementara.
Memutuskan untuk tidak bersama kadang-kadang bukan karena tidak mau, namun tidak sanggup.

Kita pikir kita siapa?
Datang, lalu pergi.
Pergi, lalu datang.
Datang tanpa gerangan.
Lalu pergi tanpa tujuan.

Sementara saya sama sekali tidak beranjak. Bak pengecut yang enggan buka tangan.
Ini tidak benar. Kita tidak benar.

Saya tidak menyesal, kini.
Begitupun nanti , saya kembali ingin menulis kalimat yang sama.

Suatu hari merenung, dibawah teduh hujan, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar