pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Selasa, 30 November 2010

saya tahu itu.


Pantai. Saya tidak tahu dimana itu. saya tidak tahu di pantai mana itu. setahu saya di kota kelahiran saya tidak mempunyai suatu tempat yang bisa dinamakan pantai.
Festival. Saya tidak tahu festival apa itu. festival tahun baru?, festival kembang api? Festival layang-layang di tepi pantai? Ya mungkin saja, yang jelas saya melihat beberapa teman-teman saya berkumul disana, ah entahlah sedang ada acara apa disana. Sejenak saya bersyukur bisa ikut berada disana, yah, seolah-olah saya memang masih tinggal di kota itu. saya rindu. Saya rindu akan moment-moment besar yang diselenggarakan di tempat itu. ya, anggap saja mungkin acara itu diadakan bertepatan dengan waktu liburan saya.

Ramai, tapi sepi. Itu yang saya rasakan. Sedang apa saya disini? Saya mengenal banyak orang tapi saya malas menyapa mereka. Bahkan beberapa orang disana saya kenal dengan sangat baik. Namun, mereka semua hanya memandangi saya, saya seolah-olah cuma orang asing yang lagi mampir kebetulan sedang ada acara disana.
Saya..
Sebenarnya sedang menanti seseorang, tapi lama, dia tak kunjung datang.
Jika dia datang, saya sangat yakin dia tidak akan membiarkan saya duduk sendirian disini, Cuma bisa celingak-celinguk, hidup saya bisa lebih bahagia jika dia datang (mungkin).
Lama, ya sudahlah, dia tidak datang.

Semua orang tertawa, semua orang suka cita, semua orang berdansa.
Aku, bergaya ala lionardo diCaprio yang seolah-olah sedang berdiri di tepi kapal, sambil memandang ke laut.
Saya bisa berdiri di balkon sambil memandang keceriaan orang-orang di pantai itu.
Saya melihatnya, saya melihatnya, bukan, bukan orang yang saya tunggu, tapi orang yang saya tidak tahu apakah saya juga menunggu dia atau tidak, menunggu apakah dia akan menemani saya atau tidak.
Dia melihat saya, tapi saya tahu dia berpura-pura tidak melihat saya.
Ya sudahlah, setidaknya saya sudah tahu jawabannya, berarti dia tidak akan menemani saya di keramaian ini.
saya lupa, teman-teman akrab saya berada di kota sana, saya mulai berpikir menyesal mengapa saya bisa memutuskan datang ke tempat ini.

Cuma memandangi orang-orang saja kerja saya daritadi.
Sampai ada yang datang lagi. Kali ini saya yakin bahwa saya sama sekali tidak menunggunya. Teman lama saya, teman yang pernah akrab dengan saya dulu, teman yang juga sering menanyakan keadaan saya ketika awal-awal saya pergi meninggalkan kota ini. Laki-laki. Teman belajar saya pada saat itu, teman diskusi saya pada saat itu, saya selalu ingat ketika saya berdua dengannya asik sekali mendiskusikan hasil perhitungan debet kredit saya dan dia di mata pelajaran akuntansi. Iya, keahlian dan kehobiannya pada akuntansi waktu itu, dia teruskan di bangku kuliah nya sekarang. Saya salut kepadanya, gagal ditahun pertama, dia coba lagi di tahun kedua, dan berhasil. Dia, yang sekarang menemani saya mengobrol di tengah keramaian. Lama sekali rasanya, saya tidak pernah mengobrol dengannya sedekat ini lagi. saya bingung apa topik selanjutnya, saya bertanya tentang kehidupan kampusnya. selanjutnya, dia begitu diam. Entah kenapa saya baru sadar ternyata selama ini saya lebih memilih akrab dengan laki-laki yang pendiam bukan yang banyak bicara.

Sampai malam, saya masih bertanya-tanya acara apa itu sebenarnya.
Sampai saya dan dia memandang ke arah laut dengan bebasnya. Saya masih berdua dengannya. saat menoleh ke arah pantai dari arah balkon, saya melihat dia yang tadi, berjalan menyusuri pantai sambil berpegangan tangan, dengan siapa? Saya memperhatikan wajahnya, saya tidak kenal siapa itu, wajah baru, tapi nanti pasti akan saya cari tahu, pasti !
lupakan wajah baru itu, saya beralih ke wajah yang satunya, kenapa murung? Bukankah dia sedang berjalan menyusuri pantai sambil berpegangan tangan? saya rasa itu adalah adegan romantis, berarti ada yang salah dengan berpegangan tangan itu. saya melihatnya, dia juga melihat saya, tapi gantian saya yang berpura-pura tidak melihatnya.

Kembali ke saya, saya begitu dekat dengan dia yang tadi sejenak saya abaikan,
Giliran saya yang berjalan menyusuri pantai dengannya, tapi tidak disertai dengan pegangan tangan.
Berbaring di pantai, memandang ke arah langit, mendengar suara ombak di ujung laut sana, memandang bintang di langit sana, saya sadar ternyata saya rindu akan dia.
Meskipun adegan tersebut menurut saya juga adegan yang romantis, obrolan saya dan dia masih di jalur yang benar,  obrolan sahabat yang ternyata sudah lama sekali tidak bertemu, saya senang, bisa berada dekat sekali dengannya, bahkan tidak pernah sedekat ini ketika dekat diwaktu yang dulu itu.

Malam dingin, saya dan dia kembali ke atas, atas mana itu? saya juga tidak tahu, tempat apa ini, yaa, anggap saja villa di tepi pantai itu.
Malam larut. Saat semua orang yang tadi bersenda gurau, yang tadi berdansa ria, yang tadi bercanda tawa, sudah tidak ada lagi disana, kemana? Mungkin sudah pulang.
Cuma saya berdua dengan dia, berdua saja, sambil berbaring mengarah jendela. Tetap mengobrol.
Saya yang tadi merasa menyesal kenapa bisa datang ke tempat ini, justru menjadi orang terakhir yang berada di tempat ini.
Tapi, saya merasa, ada orang lain, tidak cuma saya berdua dengannya.
Insting saya benar, di belakang saya masih ada manusia lain.

Dia yang tadi lagi!, kali ini dia benar-benar murung, bajunya yang tadi saya lihat lengkap dengan cardigannya dan blouse yang dia pakai saat berjalan menyusuri pantai tadi, sekarang dia hanya memakai kaos oblong sebagai dalaman dari cardigannya.
Dia memandang saya, saya rindu padanya, saya ingin memeluknya, saya tahu dia (mungkin) lagi sedih, saya ingin menawarkan pundak padanya. Tapi saya tidak melakukan apa-apa, saya menunggu dia mengeluarkan sepatah atau dua patah kata.
nina, sini deh, **** pengen cerita..” katanya.
Belum sempat saya jawab, dia lagi “nina kenal samo ***** dak?
Nama yang belum pernah akrab ditelingaku sebelumnya, berarti saya tidak mengenalnya.
idak ***, emang ngapo?”,
jadi gini nin ceritonyo, **** akhir-akhir ini dimarahin bapak terus, gara-gara…………
NIIIIINNN,, BANGUUNN…! Sholat subuh niiinn, udah jam setengah enaam!” teriak iik.
saya terbangun, iya terbangun.

Saya mulai berpikir tentang mereka tadi, apa artinya? Apa arti ini?
Apa yang ingin dia ceritakan tadi? Terputus karena saya tiba-tiba ditarik ke dunia nyata, bukan dunia mimpi.
Dia yang satunya, mungkin saya memang lagi rindu kepadanya, atau mungkin dia yang merindukan saya.
Sedangkan dia yang satunya lagi, saya khawatir, saya yakin dia memang sedang sedih sekarang, saya tahu itu. tapi saya tidak ingin bertanya apa-apa kepadanya, biarkan saja dia yang memutuskan untuk membaginya kepada saya atau tidak.
Tapi saya ingin dia tahu, bahwa saya selalu peduli terhadap apapun kondisi dia, saya selalu tidak peduli apakah dia akan peduli di setiap kondisi saya.
Dia sedih, saya ingin membantu, setidaknya bisa memahami seberapa dalam sedihnya dia.

Tapi, saya akan tetap diam. Tidak akan berbuat apa-apa. Saya rasa itu lebih baik.

Minggu, 28 November 2010

curang, puas?


Cengak-cengok..
Pengemis..
Gelandangan hati..
Kalian mau mengajak saya main tebak-tebakan? Kalian mau mengajak saya main hati?
Ayooo! Permainan jenis apa ini?  Bagaimana cara mainnya?
Kalian sudah terlihat lihai, berarti kalian curang, kalian mengajak saya yang sama sekali belum ahli..
Bagaimana menentukan siapa yang menang siapa yang kalah?
Orang yang bisa mampu bertahan dan masih bisa ketawa berarti itu yang menang?
Orang yang akhirnya meneteskan air mata berarti itu yang kalah?
Orang yang minta maaf duluan berarti itu juga yang kalah?
Orang yang puas setelah membuat lawan meneteskan air mata berarti dia yang menang?
Ini yang namanya bermain hati? Iya?
Saya baru tahu..
Berarti saya kalah, saya sudah meneteskan air mata, mata saya sudah bengkak, hati saya sudah kebal,
Apa lagi? Permainan masih belum selesai?
Sampai kapan lagi?
Sampai ada yang bertekuk lutut baru ada yang menang?
Kalau begini permainan nya, tolong jangan ajak saya main ini lagi..
Saya mohon.
Dan saya sarankan sampai kapanpun jangan pernah mengulang permainan ini lagi, permainan dengan cara menghukum seseorang tanpa tau kesalahan apa yang telah dibuat? Permainan yang tidak fair, seseorang kalah atau lebih tepatnya mengalah akan dianggap salah sampai kapanpun juga.
Sudah. Kalian curang. Saya berhenti.
Silahkan tertawa jika ingin tertawa. silahkan menyunggingkan bibir jika kalian senang melihat saya begini.
Hati saya? jangan tanya hati saya, hati saya sakit, puas?
ini kan tujuan permainan hati, siapa yang hatinya sakit dia yang kalah, bagaimana denggan kalian? saya tidak tahu.
sekali lagi. sudah. saya berhenti.

Minggu, 21 November 2010

ini apa gue juga ga tau

apa ini, gue juga ga tau.
“siapa sih lo jar?

Lo itu orangnya seperti apa sih? Gue ga ngerti, gue tau lo, lo tau gue, tapi kita tu ga kenal,
Yang gue cuma tau rumah lo di bogor, yang gue tahu setiap hari lo pulang pergi naik kereta, yang gue tahu lo adalah anak bungsu dari 3 saudara, sama kayak gue, yang gue tahu lo suka sama hal-hal yang berbau korea, beda sama gue, yang gue tahu lo itu hemat banget, beda sama gue, yang gue tahu lo rajin nyatet, beda sama gue, yang gue tahu lo baik sama semua orang, sama baiknya kayak lo ke gue.

Lo pikir lo siapa? Lo bisa baik sama gue, lo bisa perhatian sama gue, lo bisa cerita ke gue hal-hal yang ga pernah lo certain ke orang lain, gue bisa cerita ke lo hal-hal yang juga gue certain ke sahabat-sahabat gue, kita bisa saling ejek, kita bisa saling ngatain, kita bisa saling puji. 
Lo pikir? Gue ga kegeeran pas lo bilang kalo gue tu beda dari cewek lain? lo pikir gue ga geer pas lo bilang kalo cerita yang lo bagi ke gue belom pernah lo certain ke orang lain sebelumnya, lo pikir gue ga tersanjung pas lo kasih tau gue kalo ternyata lo merhatiin gue sebelum kita deket, lo pikir gue ga mikir ga ada apa2 ketika lo sms gue tiap hari, lo pikir gue ga ngerasain apa-apa saat gue ngabisin waktu buat ngobrol sama lo jar?

Gue sayang sama lo jar, gue juga tahu kalo lo juga sayang sama gue, gue rela pas lo minta ke gue kalo supaya kita temenannya lebih asik kayak gini, ga ada yang tau kalo gue sama lo deket, ga ada yang tau kalo setiap hari gue smsan sama lo, tapi gue capek jar, kenapa? Pertanyaan gue simple jar, kenapa?? Tapi ga pernah lo jawab.

Lo pikir gue ga seneng tiap hari bisa ketemu lo ? lo pikir gue ga pernah ngamatin lo sampai lo naik kereta pas lo mau pulang? Lo pikir gue ga mikirin lo pas gue harusnya merhatiin dosen??
Lo pikir lo siapa jar? Gue benci sama lo jar, gue benci, lo siapa sih? Gue belum kenal sama lo jar, gue belom kenal, lo kenapa sih jar? Lo bilang sama gue, supaya gue tau.

Kenapa sih? Lo pikir gue baik-baik aja pas sms gue ga pernah lo bales lagi? Lo pikir gue baik-baik aja pas senyum gue ga lo bales dengan senyum yang sama? Lo pikir gue baik-baik aja pas gue mau cerita sama lo, lo nya sok sibuk, padahal sbenernya gue tau kalo lo ga sibuk, Lo pikir gue baik-baik aja pas gue ga boleh pulang bareng lo lagi?
Lo pikir lo siapa jar!!
Lo pikir lo siapa jar!!
Lo pikir lo siapa!!
Mau lo apa?
kalo ada masalah cerita ke gue jar, ada yang lo ga suka lo boleh bilang ke gue jar!
Gue terlanjur sayang sama lo jar, gue temen lo, gue ga ngerti kalo ternyata cara lo bertemen kayak gini bentuknya.
Lo ga pernah ngomong apa-apa kan sama gue? Lo cemburu sama gue? Lo kecewa sama gue? Lo benci sama gue? Lo ga pernah ngomong apa2 sama gue, gue GA AKAN PERNAH TAU jar, gue bukan peramal yang bisa tau apa yang bakal terjadi di masa depan, gue bukan cewek indigo yang bisa baca pikiran lo, lo mikirin apa sih jar, gue cemburu gue bilang, gue marah gue bilang, gue marah gue bilang, gue sayang gue bilang, tapi lo jar??? Gue ga pernah denger lo ngomong apa-apa jar..

Lo pikir sekarang lo baik-baik ja?
Lo pikir sekarang gue juga baik-baik aja?
Gue marah jar, gue kecewa jar, gue sedih jar, lo kenapa? Kasih tau gue…….!!!!!
Lo parah jar, parah banget! Parah banget!
Gue ga nyangka, lo pikir gue ga kehilangan lo? Lo pikir gue bakal pura-pura ga terjadi apa2 setelah lo apa yang udah kita lewatin bareng2 selama ini?
Gue seneng jar, tiap hari bisa jalan bareng lo, walaupun cuma jarak antara kampus dan stasiun, gue seneng bisa mastiin lo naik kereta dengan selamat, gue seneng bisa sepedaan bareng lo, gue seneng gue bisa nyanyiin lagunya sheila on 7 "hari bersamanya" cuma buat lo jar.

Sekarang gue tanya kenapa pun, lo ga mau jawab,
Lo mau gue mikir?, lo mau gue yang minta maaf? Lo mau gue yang mohon-mohon? Lo mau gue nyadar?
Udah gue lakuin semua jar!!!
Trus apalagi? hati gue sakit! Dan gue harap mungkin sebenarnya ada sesuatu yang lain yang bikin hati gue sakit, tapi ternyata ga ada jar, lo yang bikin gue sakit jar, lo!
Kalo emang gue, bilang jar! Kalo emang bukan gue, lo juga harus bilang jar!
Tapi lo jar? Emang lo orangnya, orang yang gue sebut SANG FAJAR, yang gue selalu berharap gue bisa menatap dan menikmati sang fajar sebelum gue menikmati pagi dan sepanjang hari yang gue lalui jar, lo inget? "malam yang gelap dan pekat akan segera berlalu hingga datangnya SANG FAJAR"


Tega lo jar sama gue, tega.”

Idul Adha gue ga suram kok :p


SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA!!
 Haha telat ya? Ga kok ga telat,  ternyata setelah berbagai jenis dan berbagai tipe ketulusan yang saya pelajari di dunia ini, tanpa saya sadari ketulusan Ibrahim dan Ismail lah yang abadi sepanjang masa, ketulusan keduanya bahkan sampai pada taruhan nyawa hanya demi mengabdi kepada ALLah SWT,
Subhanallah..

Hmm, idul Adha ini, adalah Idul Adha kedua yang saya lalui di Depok, lagi-lagi saya harus memendam keinginan saya dalam-dalam untuk pulang ke Palembang.
Saya berjanji kepada diri saya sendiri, Idul Adha ini pokoknya ga boleh suraaaaam!!
Anda bayangkan! Saya tidak mau bengong-bengong sendiri disini di saat semua keluarga saya dirumah berkumpul bersuka cita..

Yes, nyatanya! Idul Adha tahun ini saya nyatakan sukses dibandingkan Idul Adha tahun lalu,
Takbiran, saya lalui dengan teman-teman kuliah saya dengan pesta bakar-bakaran! Bukan bakar rumah, tapi bakar ayam, bakar sosis, bakar bakso, bakar ikan, bahkan buah nanas pun tidak luput untuk dijadikan sate, ya boleh..boleh..

Sampai dirumah, hari udah jam 12 malam, saya harus tidur! Besok pagi saya harus bangun pagi-pagi sekali untuk Sholat Idul Adha.
Gema takbir yang saya dengar pagi hari, saya bersyukur Ya Allah, masih diberi kesempatan untuk menikmati hari-Mu ini.

Pukul 06.00 saya dan teman2 full house berangkat ke Masjid Ukhuwah Islamiyah UI (MUI) di kampus,
Sesampai di MUI, saya berzikir dan takbir menyeru-Mu Ya Allah.
Mendengarkan khutbah, saya teringat dua dua tahun lalu saat saya harus melewati Idul Adha pertama saya jauh dari rumah, mendengarkan khutbah dan mengucap takbir sambil menangis,
Tapi tahun ini, saya merasa lebih baik, dan tidak meneteskan air mata lagi.
Khutbah yang saya petik. “berbuat baik kepada orang, maka sesungguhnya kita telah berbuat baik dengan diri kita sendiri, berbuat jahat kepada orang, maka kita telah menjahati diri kita sendiri

Bersilahturahmi dan bersalam-salaman kepada sesame, memang indah sekali rasanya.
Pulang MUI, bergegas mencari santapan, karena kembali lagi ke janji, IDUL ADHA ga boleh suraaamm!, harus dapet makanan! Ehh, Sampai dirumah, sungkem sama nyai dan engkong, dan enkong dan nyai menyuguhkan ketupat dan opor, Subhanallah, ngkong dan nyai baiiiik bangeeeeeeettt….

Okeeeh, saatnya mengunjungi kakek dani di juanda, hahaha, lama banget saya tidak main kesana, padahal bisa dibilang jaraknya deket siih,,hehe..maaf ya kek..hehe..
Ya Tuhaaaan, saya berasa ada dirumah sendiri, makan pempek, makan sate sapi, makan sate kambing, bisa ngobrol pake bahasa Palembang dan bahasa pagaralam, wahh senneeeenngggg J
Akhirnya Idul Adha nya berasa juga!!
Okeeh, makan udah, nyate udah, ngobrol udah, nina pulang ya kek,,,hehehehe..

Idul Adha lanjjuuuutt maen ke DETOS, ajiiibb, ama bety dan iik nge geje di detos, tadinya sih mau nonton, Cuma berhubung film yang maen masih alay suralay, ya udah ga jadi deehh,,,
Okee, cukup idul adhanya, pulang malem, trus lanjut ngerjaain tugaas,,arrggghh.,,siap2 kuliah buat besok..
Ga papa deh, yang penting Idul Adha tahun ini berhasil TIDAK SURAM.
Alhamdulilah, HAPPY IDUL  ADHA semuanyaa…



Sabtu, 13 November 2010

Kura-kura


Sungguh Demi Tuhan, malam ini sudah saya niatkan untuk mengerjakan tugas manajemen pelayanan umum, kenapa? Hari senin saya presentasi, dan saya belum menyelesaikan satupun untuk makalah saya. Bukan salah saya, rasa kantuk yang patut disalahkan, kenapa dia datang begitu cepat? Saat niat saya tulus untuk mengerjakan review MPU?
Entahlah, MPU mungkin belum terlalu hebat berjuang dalam menyita perhatian saya.

Beberapa hari ini, entah kenapa, saya selalu memikirkan kura-kura. Iya, kura-kura, hewan yang berjalan lambat dan memiliki cangkang besar di punggungnya dan mampu hidup jutaan tahun lamanya.


Jangan Tanya, kenapa tiba-tiba saya memikirkan kura-kura, di mulai dari kura-kura ninja, ini yang saya pikirkan ketika saya memutuskan saya adalah kura-kura ninja pada judul posting blog saya sebelumnya, setelah kura-kura ninja, lalu miniatur kura-kura, yang akan dijadikan seorang sahabat saya sebagai kado ulang tahun pacarnya kelak. Iya, melalui telepon dengan jarak depok-palembang, kami membicarakan filosofi kura-kura kenapa begitu special dimatanya,
Ini sungguh kebetulan, kura-kura ninja yang tadinya saya pikir adalah sosok yang hebat, dimana dengan segala kelambatannya, ada suatu keinginan yang tulus untuk menjadi pahlawan, iya kura-kura ninja.
Berbeda dengan filosofi dewi (sahabat saya), dia menganggap bahwa kura-kura adalah seekor hewan yang lambat namun dia mampu hidup berjuta-juta tahun lamanya, iya benar, setelah saya pikir-pikir, ada lagi, walaupun kura-kura adalah makhluk yang super lambat, dia terlihat lemah, namun setidaknya dia tidak membutuhkan sesuatu yang lain untuk melindungi dirinya dari bahaya, kura-kura punya cangkang.
Bahkan saya baru menyadari hal kecil dari kura-kura ini.

Lalu kembali lagi malam ini, THE LAST SONG. Judul film yang lebih menarik perhatian saya melebihi perhatian saya terhadap rasa kantuk saya apalagi perhatian saya terhadap makalah MPU.
Tanpa synopsis atau bocoran cerita sedikitpun, saya menonton film ini, iya… saya harapnya filmnya bagus.
dan…kura-kura lagi. Kebetulan. ( dan saya percaya, bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya kebetulan, semua sudah diatur Tuhan )

Seorang gadis cuek yang ternyata memiliki ketulusan yang sangat indah terhadap kura-kura (atau mungkin penyu di film ini). Satu lagi kehebatan kura-kura, yang baru saya temukan di film ini, kura-kura mampu meluluhkan hati, tanpa bicara, tanpa apa-apa, tanpa tahu juga apa alasannya, berarti ada tulus juga disana, tulus untuk dan dari kura-kura. Kura-kura menjadi saksi dan bukti ketulusan kasih sayang antara ayah dan anak. Kura-kura bisa juga menjadi panah sayangnya dua insan yang tidak membutuhkan satu materi apapun untuk suatu hubungan, hanya butuh satu, ketulusan.

Kura-kura, malam ini yang membuat saya meneteskan airmata haru adalah kura-kura. Tidak peduli jika saya harus mengabaikan tugas MPU saya malam ini, tidak peduli jika saya harus melihat ke samping kanan saya, teman saya sedang tertidur pulasnya, tidak peduli telinga saya sudah sakit memakai headphone mendengarkan playlist lagu yang terus saya dengarkan daritadi.

Yang penting saya bahagia. Saya senang. Saya damai. Karena kura-kura, saya diberi kesempatan untuk mengingat tentang sang PELANGI terindah dalam hidup saya, yang mungkin sekarang dia juga sedang mengingat saya, atau memimpikan saya dalam tidurnya atau bahkan sama sekali tidak memikirkan saya, “No one has made me like you do, i don’t wanna lose you"

Yang penting saya bahagia. Saya senang. Saya damai. Karena kura-kura, saya diberi kesempatan untuk mengingat tentang sang PEJUANG terhebat dalam hidup saya, yang mungkin sekarang dia juga sedang mengingat saya, atau memimpikan saya dalam tidurnya atau bahkan sama sekali tidak memikirkan saya, “You are the kindest, sweetest, the most beautiful daughter in the whole world” 

Seperti tante-tante yang sedang nonton telenovela, sampai saya meneteskan air mata.
Tapi saya damai. Saya tenang. Saya Tulus.
Sedamai dan setenang kura-kura,
Setulus dyas dan papa.

“some day you are gonna open your heart and you are gonna play again. People make mistakes, even the people that we love”. _The Last Song_



Kamis, 11 November 2010

KRIK..KRIK..


Saya bosan, ini masalah cinta…
Eh bukan cuma cinta, ini masalah hidup, yah terserah lah jika ternyata hal yang akan saya tulis ini anda anggap bukan masalah.
Ini juga tentang manusia, saya tidak mengerti, kenapa manusia selalu bersikap atau mungkin sering bersikap yang menggambarkan mereka seolah-olah sedang membuang ludah mereka lalu semenit kemudian, mereka jilat kembali ludah itu. MUNAFIK.

Saya ingat dulu ketika SMA saya mendapat ilmu cirri-ciri orang munafik ketika saya mengikuti kegiatan mentoring, bahwa orang yang munafik adalah orang yang berbohong, orang yang tidak tepat janji, orang yang berkhianat jika diberi amanah,
Berarti semua manusia adalah orang  yang munafik ya? Manusia adalah bukan makhluk yang tidak pernah berbohong bukan? Manusia adalah bukan makhluk yang tidak pernah ingkar janji bukan? Manusia adalah bukan makhluk yang tidak pernah berbuat khianat bukan?

Saya bosan, Ya Tuhan… saya bosan, saya ingin menangis, oh tidak tidak, saya tidak ingin menangis sekarang, mungkin suatu saat saya akan menangis lagi.
Aspirasi rakyat.
Kenapa rekan-rekan saya atau mungkin termasuk saya yang mengaku atau ingin diakui sebagai aktivis itu itu bersikap selalu ingin membela atas nama rakyat? Atas nama aspirasi rakyat? Atas nama aspirasi mahasiswa, dimana kita rela berani berbicara melempar kritisi demi kritisi sebagai alih pembelaan Negara. Oke, niat kita tulus, saya akui tulus, saya salut, kerja kita keras, terimakasih. Tapi menurut saya, kita itu siapa? Kita itu mahasiswa, kita itu CUMA pelajar, percuma kita  terus mencaci maki si rektor  atau yang lebih ekstrim adalah mencaci maki Presiden yang kita nilai kerjanya tidak becus.

Memangnya kita becus jadi mahasiswa? Mahasiswa yang sering bolos kuliah cuma untuk mengurusi  urusan yang seharusnya bukan menjadi urusan kita. Mahasiswa yang tidak belajar dengan serius saat musim ujian hanya untuk mengurusi hal-hal yang harusnya jadi urusan orang lain? Mahasiswa yang tidak memperhatikan dosen saat kuliah dan lebih memilih untuk mengirimi orang-orang pesan mengenai rencana-rencana apalagi yang akan di kerjakan demi suatu tujuan yang katanya tadi atas nama aspirasi mahasiswa.
Bukankah jika kita mempunyai suatu urusan, kita tidak akan suka jika ada orang lain datang untuk membuat kekacauan atau datang untuk mencampuri urusan kita?
Mahasiswa yang ipnya tidak sampai 3,00 bahkan masih berani melakukan hal-hal yang membela kepentingan rakyat, heii,,,dongkrak duluuuuu ip kau ituuuu!

Hijab.
Saya mengenal istilah ini adalah pada masa SMA dan mulai memasuki lingkungan rohis (rohani islam), apa itu hijab? Oh, itu mungkin batas yang WAJIB di adakan ketika ada perempuan dan laki-laki yang bertemu langsung. Iya, perempuan dan laki-laki. Dua Makhluk yang diharamkan untuk berdekatan  (ilmu yang saya dapat waktu itu). sampai saat saya sekarang masih mengikuti organisasi islam di kampus pun, hal-hal seperti itu masih sering saya dapatkan. Saya mengerti. Seorang perempuan dan laki-laki yang belum menjadi muhrim dilarang bersentuhan, tidak boleh pandang-pandangan. Tidak boleh berjalan berduaan. Karena semua akan mengarah kepada zina. Zina, apa pengertiannya? Pengertian zina yang saya dapat dari Al-quran adalah mengawini yang bukan muhrimnya?

Pernah saya terlibat interaksi singkat dengan orang yang menjunjung tinggi hijab, sebagai orang yang awam, ketika berbicara dengan orang lain, saya akan berusaha menatap mata orang tersebut, sebagai bukti bahwa kita sedang menghargai orang yang sedang kita ajak bicara, setidaknya ini juga yang peroleh ketika saya memperoleh mata kuliah teori organisasi, bukti bahwa ada teorinya. Namun tidak berlaku bagi orang ini, ketika saya menciptakan suatu interaksi yang memang pada saat itu harus tercipta interaksi secara langsung, saya seperti berbicara dengan angin, beliau sama sekali tidak menatap mata saya, bahkan menghadap saya pun tidak, saya waktu itu sudah bertanya “bicara sama siapa dia?”, oh no, ternyata dengan saya, LUCU. Dia berbicara justru menghadap samping dengan saya, bukan berhadap-hadapan dengan saya. Untung saya tidak dibelakangin!
Oh segitunya yaaa? Saya benar-benar tidak mengerti, saya telah melihat jutaan orang lawan jenis di luar sana, dan ketika saya berbicara berhadap-hadapan, tidak ada yang terjadi, tidak ada itu yang namanya zina.
Alasan naïf, “jaga pandangan”, that’s a bullshit!, “jaga nafsu”,
Jika hanya dengan menatap mata, beliau bisa terpancing nafsunya, maka menurut saya dia adalah orang yang lebih parah dari orang yang bermesraan di depan umum!

Saya mulai tidak percaya, lagi-lagi masa SMA,
Seorang KETUA ROHIS IKHWAN dan seorang KETUA ROHIS AKHWAT, yang gembar gembor sana-sini kepada rekan-rekannya untuk tidak terlibat hubungan yang namanya pacaran, untuk tidak terlalu dekat dengan lawan jenis, namun dengan sangat ingin saya lemparkan kotoran di muka mereka,
Mereka! BERPACARAN! Tidak ada yang salah dengan pacarannya, tapi kenapa mereka menjadi orang paling munafik sedunia !
Lalu kenapa? Kenapa orang yang seperti itu saya anggap sebagai orang yang alim? Jika pada masih menempuh kuliah, terdengar kabar bahwa sudah ada yang menikah? Setahu saya hukum pernikahan di dalam islam menjadi wajib ketika sang laki-laki sudah mapan lahir batin dan dikhawatirkan akan terjadi zina jika tidak segera menikah juga? Lalu kenapa jika masih kuliah mereka sudah menikah, lalu siapa yang tidak bisa menjaga hawa nafsu? Lalu kenapa jika sudah menikah, orang-orang yang jilbabnya panjang dan celana nya gantung itu harus bermesraan di depan umum, lalu siapa yang mengumbar kemesraan di depan umum?

Menuntut ilmu.
Please talk to my hand, jika kalian-kalian yang  kuliah tinggi-tinggi atau kuliah  jauh-jauh atau kuliah mahal-mahal hanya untuk satu tujuan yaitu menuntut ilmu dan bukan untuk mengejar nilai dan mencari kerja yang pantas? Hah, that’s a second bulshit!, tujuan saya kuliah yaitu saya memang menuntut ilmu yang nantinya saya bisa gunakan untuk mendapatkan kerja dan prestise yang pantas dengan ilmu saya! Semakin banyak uang pengorbanan yang saya gunakan untuk kuliah, semakin tinggi  juga harapan saya akan kerja yang akan menggaji saya dengan nilai yang besar! Orang-orang yang sudah kaya pun tidak pernah berhenti korupsi !
Apalagi orang yang belum kaya?

Banyak hal lain, hal-hal kemunafikan manusia yang akan mengalahkan jumlah jutaan partikel yang ada di dalam tubuh kita.
Sudahlah, jangan memaksa jadi orang yang bukan diri kita. jangan berbicara tentang apa yang sebenarnya tidak ingin kita bicarakan. Jangan bilang iya jika ingin bilang tidak. Jangan bilang tidak jika ingin bilang iya. Jangan bilang benci jika sebenarnya suka. Jangan memaci jika dalam hati memuji. Jangan memaksa bila memang tidak perlu dipaksa. Jangan bilang tidak butuh jika sebenarnya butuh. Jangan bilang anti jika sebenarnya mania. Jangan bilang putih bila sebenarnya hitam. Jangan sok menjadi burung elang jika menjadi burung nuri pun kita sudah memiliki nilai yang lebih tersendiri. 

Iya.emosi. Emosi juga bagian dari manusia. Dan saya manusia.


AISYAH dan ALFONSUS


“Halo, Saya Aisyah, dan ini pacar saya Alfonsus. Dilihat dari nama kami, perbedaan itu sudah terlihat. Iya, kami beda agama. Sesuatu yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sebuah bakal calon masalah. Tapi tidak bagi kami. Rumah ibadah kami memang beda, ritual keagamaan yang kami jalankan pun tak sama. Namun kami tak pernah merasakan itu sebagai sebuah masalah. Terlepas apakah yang kami lakukan itu benar atau tidak, kami hanya ingin saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai yang kami yakini. Itu saja.”

“Hello, Nama saya Mey Lan. Keturunan Etnis Thionghoa. Warga Negara Indonesia Asli. Meski mata saya tidak selebar seperti kebanyakan warga negara Indonesia lainnya, namun saya tidak pernah merasa bahwa saya berbeda dengan mereka. Itulah sebabnya, saya pun merasa punya kewajiban yang sama untuk membuat Indonesia bangga. Dan medali emas hasil menang lomba science tingkat internasional pun menjadi bukti kecintaan saya terhadap Indonesia.”

“Saya Glen, seorang gay, orientasi seksual yang bagi sebagian orang dijadikan sebagai tirai pemisah untuk membedakan antara yang normal dan tidak. Namun demikian saya tak pernah mempermasalahkannya. Saya tak pernah menggugat kenapa harus dianggap tidak normal, meski seabrek prestasi bisa saya raih dengan “ketidaknormalan” tersebut.”
Lalu, dimana letak masalahnya???

Jika mereka yang berada pada posisi “dipersalahkan” saja tidak pernah mempermasalahkan kondisi tersebut, kenapa kita yang berada pada posisi “baik-baik saja” selalu mencari masalah buat mereka?

Hanya karena mata kita lebih lebar dari Mey Lan, maka kita layak menganggapnya sebagai biang masalah. Hanya karena orientasi seksual kita normal seperti kebanyakan orang, maka kita layak menghakimi Glen sebagai sampah masyarakat. Dan hanya karena hubungan dg kekasih sudah seperti yang seharusnya, maka kita pun berhak mengatakan hubungan Aisyah-Alfonsus adalah sebuah dosa besar.

Dan setelah hak-hak sebagai bagian dari kaum mayoritas itu, kitapun lantas merasa benar untuk memerangi kaum minoritas.
Menyedihkan….
Jika dalam hidup, kita selalu memakai kacamata perbedaan untuk melihat sebuah keragaman. Tidakkah kita menyadari bahwa dengan aneka macam bentuk suku bangsa dan agama serta apapun itu perbedaan yang ada, membuat hidup kita jadi lebih beragam?

Kita bisa saja tertawa lucu kala melihat rambut kriwil-kriwil orang Papua yang tidak sama bentuknya dengan rambut kita tanpa harus menganggapnya sebagai sesuatu yang beda. Atau bisa saja kita tertegun di depan jemaat gereja yang sedang melakukan ritual keagamaan dimana ritual tersebut tak sama seperti yang kita lakukan, tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang salah.

Secara filosofis, kita dapat mempercayai apa saja selama tidak mengklaimnya sebagai kebenaran. Dan secara moral, kita dapat mempraktekkan apa saja selama tidak mengklaimnya sebagai cara yang lebih baik.
Kenapa?
Seperti yang pernah saya tulis di sini, bahwa sebagai manusia, kita selalu ingin mencoba menyenangkan Sang Pencipta dengan cara-cara kita sendiri. Kita lupa, ada kesenjangan disini.
Bukan kesenjangan moral, tapi kesenjangan kapasitas. Lebih mudah bagi kita untuk berpikir tentang waktu daripada berpikir tentang kekekalan. Lalu, bagaimana mungkin kita bisa menggambarkan perasaan Sang Pencipta terkait dengan polah kita, jika kita sendiri terikat dengan ketidaksempurnaan dan waktu? Bagaimana mungkin kita dapat memahami alam supernatural jika kita begitu dibatasi oleh alam natural?
Jika jawabannya tidak tahu, maka kenapa tidak kita kerjakan yang kita tahu saja?
Jika berpikir tentang perbedaan membuat kita ingin mengusik dan terusik, kenapa tidak berpikir tentang keragaman yang membuat kita merasa kaya dan unik?
Jika berpikir tentang perbedaan membuat kita ingin memerangi sesuatu, kenapa tidak berpikir tentang keragaman yang membuat kita menjadi satu?
Jika kunci dari semua pertikaian adalah perbedaan, kenapa tidak berpikir tentang keragamanan yang mendamaikan?
Dan, jika kita berpikir bahwa perbedaan akan menimbulkan perpecahan, maka rayakanlah keragaman yang ada.
Iya, kita.

Kamis, 04 November 2010

SAYA ADALAH KURA-KURA NINJA


Rumah kontrakan malem hari : “ ya ampuun, merapi meletus lagi yaa,”, “ya ampuun, mbah marijan meninggalnya lagi sujud yaa?”, “eh..eh..ada penampakan mbah marijan sm mbah petruk ya di atas gunung merapi?” , “eh..eh..beneran mulan jameela hamil?”, “nina, ganti dong lagunya, jangan lagu panjang umurnya trio kwek kwek”, “aduuh, gue ga bisa belajar nihh, pengen tidur mulu..”, “iiiikk, bangunin gue jam sepuluh ya, mau begadang nih”, “eh, malem ini tidur bareng yuuuk diruang tengah, gue takut nih.”

Rumah kontrakan pagi hari : “waw, jupe sama depe berantem ya..?” “ah, itu mah buat sensasi doang kayaknya,supaya film mereka bisa laku,”. “alaaah, jupe sama depe mah sama iyanya..”

Kampus: “eh, beneran ga sih ntar tanggal 9 obama mau ke ui?”, “wah, kalo dateng, semoga aja kita diliburin”, “wah, gila ni tugas, udah numpuk lagi aja,,gue gorok juga deh”, “aduuhh, ngomong apa lagi sih tu anak, gue ga ngerti deh, gue mau pulang nih”, “nin, jangan lupa besok team building yaa..”, “nin, jangan lupa konsep proker ketiga kita ya dipikirin”, “nin, jangan lupa prin surat2nya yaa”, “nina, jangan lupa hubungin bapak itu yaa”, “eh eh gimana nih evapro kita?”,

jadi, intinya..saya adalah seonggok kura-kura ninja.hiaaaaakkk,,,waachhaaa...