pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Jumat, 30 November 2012

Who They Are.

“Only once in your life, I truly believe, you find someone who can completely turn your world around. 

You tell them things that you’ve never shared with another soul and they absorb everything you say and actually want to hear more. 

You share hopes for the future, dreams that will never come true, goals that were never achieved and the many disappointments life has thrown at you. 

When something wonderful happens, you can’t wait to tell them about it, knowing they will share in your excitement. 

They are not embarrassed to cry with you when you are hurting or laugh with you when you make a fool of yourself. 

Never do they hurt your feelings or make you feel like you are not good enough, 
but rather they build you up and show you the things about yourself that make you special and even beautiful. 

There is never any pressure, jealousy or competition but only a quiet calmness when they are around. 

You can be yourself and not worry about what they will think of you because they love you for who you are. 

The things that seem insignificant to most people such as a note, song or walk become invaluable treasures kept safe in your heart to cherish forever. 

Memories of your childhood come back and are so clear and vivid it’s like being young again. 

Colours seem brighter and more brilliant. 

Laughter seems part of daily life where before it was infrequent or didn’t exist at all. 

A phone call or two during the day helps to get you through a long day’s work and always brings a smile to your face.

In their presence, there’s no need for continuous conversation, but you find you’re quite content in just having them nearby. 

Things that never interested you before become fascinating because you know they are important to this person who is so special to you. 

You think of this person on every occasion and in everything you do. 

Simple things bring them to mind like a pale blue sky, gentle wind or even a storm cloud on the horizon. 

You open your heart knowing that there’s a chance it may be broken one day and in opening your heart, you experience a love and joy that you never dreamed possible. 

You find that being vulnerable is the only way to allow your heart to feel true pleasure that’s so real it scares you. 

You find strength in knowing you have a true friend and possibly a soul mate who will remain loyal to the end. 

Life seems completely different, exciting and worthwhile. 

Your only hope and security is in knowing that they are a part of your life.”

― Bob Marley

karena dan maka

………..
Entahlah, manusia memang penuh dengan sejuta rahasia.
Kapan marah, kapan sedih, kapan lagi butuh sendiri, kapan lagi butuh ditemenin.

Manusia selalu pandai menyimpan perasaan. Selalu.
Saat ditanya, “lagi kenapa?”
Jawabannya kemungkinan akan, “ga papa.”
Saat ditanya “siapa?”
Jawabannya mungkin, “bukan siapa-siapa”
Padahal baru saja berkoar-koar mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya patut disyukuri.

Adakah yang merasa yang tidak mengerti, kalo seseorang nanya “lagi kenapa” itu bukan karena mereka mau ikut campur urusan kita, tapi mereka ingin kita tahu kalo kita punya tempat untuk bercerita, 

ya mungkin bukan orang yang punya sejuta solusi untuk setiap masalah pada diri manusia, tapi yang pasti manusia adalah makhluk yang punya sejuta telinga untuk siap mendengar semua cerita dan keluh kesah kita.

Manusia sudah ditakdirkan dengan berbagai hal dan masalah yang akan menjadi beban.
Manusia hebat dalam hal pemendam perasaan? Banget.
Tapi yang mesti diingat, manusia ya manusia. Bukan malaikat.
Manusia menuntut tapi ga mau dituntut.
Ga terima? Ya mari renungkan.

Manusia jadi sedih, manusia jadi senang, karena adanya kepedulian dan kasih sayang.
Manusia jadi bengis dan sadis, ketika kasih sayang dan kepeduliannya pergi, apalagi dikhianati.

Karena sayang, maka peduli.
Karena peduli, maka sayang.
jika dua-duanya hilang.
Maka jangan Tanya apa-apa lagi.

Satu janji.

Bersama atau tidaknya kita nanti, aku masih berharap bisa berjalan menyusuri pantai denganmu.

Merasakan angin berhembus di sisiku, di sisi kita berdua.

Merasakan ombak yang menggapai kaki kita.

Memandang laut berdua denganmu.

Selama ini kita hanya menikmati pantai sendiri-sendiri.

Kau tahu? Dari sekian banyak janji yang kau ucapkan padaku, dan dari semua kemungkinan dan ketidakmungkinan janji-janji itu bisa kau tepati atau tidak, 

Hanya ada satu janji yang benar-benar aku ingin kau tepati.

Ingat janjimu?

Membangunkan aku di hari yang cerah, lalu kau ajak aku ke pantai, kau temani aku berjalan menyusuri pantai, berfoto bersama, membangun istana pasir, memandang garis mata,

………….. sampai matahari terbenam.

Bisa? Satu janji ini saja.

Karena hari itu aku pasti akan sangat bahagia.

Tidak perlu menggandeng tanganmu, tidak perlu mengenggam tangamu, dan tidak perlu memilikimu.
Cukup berjalan, temani aku saja.

Maka jika kita tidak bersama nantinya, 
itulah hari paling bahagiaku bersamamu.

Kejarlah daku, maka kau jodohku.

Sehari sebelum berangkat, gue sempet mikirin sang dewa fajar.
Dewa yang dulu pernah gue puja, 
tapi akhirnya gue sadar kalo pada akhirnya sang dewa tidak ditakdirkan untuk jadi pujaan hati gue.

Gue pengen ketemu, ga pengen ngapa-ngapain, cuma pengen say hi, tanya kabar, udah cukup kok.
Yang penting gue bisa lihat dia, liat mukanya, ngeyakinin hati gue kalo dia masih hidup.
Karena sang dewa menghilang dan ga pernah gue lihat lagi sejak hampir setahun ini. (kenapa orang-orang pada suka menghilang sih?)

Ya kalo dikasih bonus bisa ngobrol, semakin senenglah gue.

See? Allah mengabulkan doa gue.
Gue ketemu, eh bukan, gue ngelihat, eh bukan juga, tepatnya temen gue yang ngeliat duluan, trus ngasih tau gue kalo sang dewa fajar sebentar lagi akan melintas di sebelah gue.

Jujur, gue deg-degan.
Ga berani noleh. Tapi akhirnya noleh juga.
Yah, sayangnya sang dewa fajar ga ngeliat gue. 
Eh bukan, bagusnya sang dewa fajar ga liat gue.

Tetiba langsung ingat doa gue malem kemaren, ketemu sang dewa. 
Dan dikabulin. 
Ya Allah
.
Dari jauh gue cuma berdaya untuk memandang diam-diam ke arah dewa.
Lalu tiba-tiba berdoa dalam hati, “semoga dia ga liat gue”.
Dan see lagi? Allah lagi-lagi mengabulin doa gue lagi.

dia ga liat gue sama sekali, dan saat mata gue teralih ke teman yang ngajak gue ngomong, eh sang dewa udah lenyap, menghilang entah kemana.

Ah, jadi nyesel.
Iya, penyesalan pasti datangnya belakangan. 

Sehari berlalu, dalam doa, gue berkata sama Allah lagi, 
gue nyesel kenapa kemarin ga gue sapa aja dewanya, padahal doanya udah dikabulin.

Lalu dengan pedenya gue berdoa lagi, 
semoga dikasih kesempatan melihat dewa fajar lagi, semoga dikasih kesempatan melihat sang dewa fajar lagi. 
DAN berani nyapa DAN ngajak ngobrol.

Besoknya, gue lagi nunggu kereta di peron stasiun.
Pikiran gue melayang ke dewa fajar lagi.
Stasiun kereta adalah tempat dulu biasanya gue bertemu dengan sang dewa fajar.
Ada kereta masuk, ah tapi bukan kereta gue.
Gue masih santai sambil memandangi orang-orang turun dari kereta.

Jeng jeng jeng! Fokus mata gue langsung melancip ke sosok yang…
DEWA FAJAR!
Allah ngabulin doa gue lagi.

Lagi-lagi gue membeku ga berani nyapa. 
Dan lagi-lagi sang dewa bisa-bisanya ga liat gue yang lagi duduk di kursi peron, 
sementara dia ngelewatin gue.
Udah di depan mata nih, tetap ga berani nyapa.

………………
Lalu pergi begitu saja.
Sang dewa terus berjalan, menyebrangi rel.
Lalu kereta melaju kembali.
Menghalangi pandangan ke arah sang dewa yang sedang berjalan.
Kereta semakin menjauh dan tak terlihat, seiring dengan tak terlihatnya sang dewa.

Lagi, sang dewa hilang tak membekas.
Kalo gue berdoa lagi minta dijodohin lagi, sangsi bakal dikabulin lagi.

Emang sih, kalo jodoh ga kemana, 
tapi jodoh kalo ga diusahain, ga bakal ketemu juga kan.

Jadi, kejarlah daku, maka kau jodohku. *halah.