Ini tentang seseorang,
One of change agent of my life.
Seseorang yang memberikan sejarah.
Patut ditulis dan dipatri di museum tulisan ini.
Dia seorang perempuan hebat.
Perempuan yang saya kenal 7 tahun yang lalu.
Tahun 2005, saat saya dan dia baru saja memakai seragam putih abu-abu di
sekolah yang sama.
Sebenarnya, wajahnya sudah tidak asing sejak saya masih duduk di bangku SMP,
karena kami pun duduk di bangku SMP yang sama.
Namun karena tidak pernah satu kelas, saya dan perempuan ini belum saling
kenal.
Kelas 1 SMA, saya dan perempuan ini dipertemukan dikelas yang sama.
Namun, sebenarnya kami pun belum terlalu saling mengenal,
intensitas
interaksi kami berdua bisa dibilang sangat jarang.
Saya tidak mengenal dia seperti apa, dimana rumahnya, anak ke berapa dari berapa
bersaudara, asalnya, apapun saya masih belum tahu.
Saat itu, bagi saya dia tidak lebih dari seorang kenalan biasa, bahkan
dibilang tidak memberikan saya kesan tertentu.
Sampai pada kelas 2 SMA, saya dipertemukan lagi dengan perempuan ini.
Dan entah bagaimana ceritanya, saya akhirnya duduk dengan meja yang sama
dengannya. Kami menjadi teman sebangku.
Semasa SMA, bagi saya kelas 2 adalah masa-masa yang paling sulit,
asahan
mental bagi seorang anak perempuan manja seperti saya yang belum genap berusia
17 tahun saat itu.
Begitu banyak hal-hal yang terjadi yang tidak sesuai hati dan keinginan.
Mulai dari ketidaknyamanan berada di kelas yang baru ini,
menurut saya ini yang paling parah karena untuk pertama kalinya dalam hidup
saya,
saya pernah berpura-pura sakit supaya diizinkan mama untuk tidak pergi ke
sekolah.
Bahkan merengek bak anak TK yang tidak mau pergi ke sekolah pun pernah
saya lakukan.
Entahlah.
Waktu itu saat harus bangun pagi dan berangkat ke sekolah adalah
hal yang sangat menyebalkan dan amat saya benci.
Selain masalah ketidaknyamanan berada di kelas yang baru,
masalah kecil yang
sangat mematahkan semangat berangkat ke sekolah adalah masalah seorang anak
perempuan seperti saya ini, yang masih bau kencur untuk pertama kalinya
merasakan yang sebagian orang bilang “putus
cinta” atau “patah hati” atas
cinta hmmm, entah cinta apa namanya saat itu.
Konyol ya, ababil sekali.
Atas kekonyolan itu, teman sebangku saya lah yang jadi sasaran emosi saya setiap
hari.
saya sedang tidak ingin mengobrol dengan siapapun saat itu, termasuk dengan
perempuan yang jadi teman sebangku saya ini.
saat semua orang sedang asik-asiknya membangun obrolan dengan teman baru.
Tidak dengan saya.
Kadar semangat hidup mungkin tersisa 50 % waktu itu. Ah lagi-lagi konyol.
Yang hebat dari perempuan teman sebangku saya ini,
sekejam apapun saya mengabaikan dia setiap hari,
sejahat apapun saya nyuekin dia
setiap hari,
sekeren apapun saya untuk dinobatkan jadi orang ter-nyebelin di seluruh dunia saat itu,
Dia tetap memberikan senyum tulusnya untuk saya.
Dia tetap berusaha membuat saya tersenyum.
Dia tetap sabar menghadapi saya yang super duper egois ini.
Dan dia tetap berusaha menjaga saya untuk tetap mengingat Allah dan tidak tersesat
dari jalan Allah.
Ya dari sinilah, saya mulai sadar,
ternyata perempuan ini lah yang banyak
berperan membawa saya ke situasi yang lebih baik.
Saya mulai sadar, ternyata perempuan ini lah yang perlahan menumbuhkan
semangat saya untuk sekolah dan memperhatikan pelajaran lagi.
Di bulan Ramadhan tahun 2007,
momen yang paling saya ingat adalah saat saya
mengikuti pesantren yang diadakan sekolah.
Saya lupa topik siraman rohani waktu itu tentang apa,
yang jelas Ustadz yang
ceramah waktu itu mengingatkan jamaah untuk segera meminta maaf atas semua
kesalahan yang pernah kita buat ke orangtua, saudara dan teman.
Setelah siraman rohani, orang yang pertama kali saya cari adalah dia.
Saya berlari memeluknya, menangis, meminta maaf atas semua kekhilafan saya
selama ini.
Sejak hari itu, saya menganggapnya sahabat baik.
Saya mengenalnya lebih dekat, rumahnya, keluarganya dan apapun yang bisa
kami bagi bersama.
Kami yang tadinya saya kira begitu berbeda, ternyata bisa jadi senyambung
itu.
Kami belajar bersama, saling menolong di mata pelajaran yang kurang
dikuasai, saling memotivasi, dan saling memberi semangat.
Sampai meraih posisi prestasi yang tidak mengecewakan di kelas, itupun tidak
luput dari peran besar perempuan ini.
Naik ke kelas 3, kami ternyata masih dipertemukan di kelas yang sama,
dan
akhirnya menjadi teman sebangku lagi.
Tiga tahun SMA kami berada di kelas yang
sama.
Kami bisa membicarakan hampir semua topik bersama, mulai dari topik yang
biasa diperbincangkan anak-anak SMA,
dengan kadar idealisme yang sama bahkan
sampai topik-topik sok penting seperti politik dan kenegaraan pun jadi topik
obrolan kami.
Pengetahuan-pengetahuan agama yang baru saya ketahui juga tidak sedikit yang
saya peroleh dari dia.
Tidak jarang kami berbeda pendapat, tapi biasanya kalau sudah berdebat,
ujung-ujungnya pasti ketawa sendiri.
Suka duka bersama, tidak ada lagi rasa sungkan,
saling memberitahu jika
masing-masing dari kami ada yang salah dan keliru,
tidak ada lagi rasa jaim, tidak sungkan untuk memberikan
kritik dan menerima kritik.
Saling memotivasi dan saling mendukung.
Itu kami.
Menjelang bulan-bulan terakhir di SMA,
ketika saya gagal memiliki kesempatan
untuk masuk perguruan tinggi yang saya cita-citakan, saya down lagi,
dia lah yang terus menyemangati saya,
selalu mengingatkan untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah,
dan ikhlas terhadap apapun rencana Allah.
Sampai saya diterima di perguruan tinggi yang lebih baik.
Juga mungkin
berkat bantuan doa darinya.
Menjelang ujian nasional,
kami belajar bersama, saling memotivasi dan
mengingatkan jika salah satu dari kami sedang malas dan jenuh belajar.
Waktu itu, kami punya cita-cita untuk kuliah di kampus yang sama, yaitu
kampus STAN.
Kami pernah berjanji, siapa diantara kami yang berhasil masuk kampus impian
itu, harus traktir makan dan minum apapun yang diminta sepuasnya.
Ternyata Allah punya rencana lain.
Saya meneruskan kuliah di PTN di luar kota dengan mengambil jurusan di
bidang sosial politik, sedangkan dia kuliah di PTN di kota kami dengan
mengambil jurusan di bidang keguruan.
Lulus SMA dan mulai memasuki dunia kampus,
saya baru menunaikan kewajiban untuk
ber-hijab.
Kesadaran akan kewajiban ini pun didapat juga tidak luput dari peran penting
perempuan hebat yang sudah jauh lebih dulu ber-hijab ini.
Saya suka pesan-pesan kecilnya yang tidak bersifat menggurui yang sangat
memberikan manfaat kepada saya.
Insya Allah, dia adalah salah satu sosok muslimah solehah,
kepribadiannya
yang lembut tapi tidak manya menye hana hene,
tidak lupa selalu mengingatkan saya untuk shalat tepat waktu,
hampir setiap hari senin dan kamis dia berpuasa, tidak jarang saya menyaksikan
dia sedang membaca Alquran saat mata pelajaran kosong.
Menjelang keberangkatan saya ke lingkungan yang baru, sosok ini belum
berhenti memberikan kesan luar biasa di hidup saya.
Sebuah Al-quran bersampul merah
muda nan cantik, dibalut plastik bersih dengan kertas kadonya, dia berikan
kepada saya.
“rajin-rajin dibaco yo Qur’annya,
Nin!, biar idak lupo samo Allah, disano jangan tinggal ye sholatnyo” itu
pesannya untukku waktu itu.
Ini hadiah Al-quran pertama yang saya terima selama hidup.
Diberikan oleh
sahabat baik ini.
Terharu sekali rasanya.
Walaupun menjalani kegiatan dan aktivitas yang berbeda pasca lulus SMA, kami
tetap menjalin komunikasi yang baik. Sampai sekarang.
dia….
Reni Fitriyanti.
perempuan hebat ini.
Sosok perempuan yang mungkin dimata orang lain atau dimata dirinya sendiri
adalah sosok yang biasa saja,
Tapi bagi saya, Reni adalah berarti sampai sekarang.
Reni memang seorang guru, tapi dia bukan cuma guru bagi siswa-siswi yang
pernah ia ajar, tapi juga bagi saya.
Yang mengajarkan saya banyak pelajaran penting.
Hari ketika tulisan ini ditulis, bertepatan dengan guru hebat ini genap
menginjak usianya yang ke 23 tahun.
Selamat ulang tahun, Reni sahabatku sayang…
Tetaplah jadi diri sendiri,.
Semoga keberkahan dan keridhoan Allah selalu menyertaimu,
Semoga Allah mengenggam mimpi-mimpimu, lalu dapat terwujud suatu hari
nanti..
Ragamu sehat wal’afiat..
Hidupmu bahagia..
Sukses di jalan dunia dan akhirat nanti…
Terimakasih sudah menjadi guru dan teman yang baik hingga sekarang.
p.s :
Dari semua hal yang pernah kita lalui bersama *halah,
semoga liburan bersama
akhir tahun ini bisa terwujud ya Ren.. Amin!
Sebelum keburu Reni udah diambil orang.. (re:
nikah) hehhehee…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar