pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Jumat, 04 Januari 2013

Momentum

Momentum tidak dapat dikejar.
Momentum hadir.
Begitu ia lewat, ia tidak lagi sebuah momentum.
Ia menjadi kenangan.
Dan, kenangan tidak akan membawa kita kemana-mana.
Kenangan adalah batu-batu diantara aliran sungai.
Kita seharusnya menjadi arus, bukan batu.

Bukankah kita seharusnya bisa memperbaiki kesalahan masa lalu?
Menghidupkan kembali momentum yang lewat, untuk kemudian merancang masa depan yang baru?
Aku hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari.
Aku ingin yakin dengan pilihanku. Itu saja.

Ada perbedaan besar antara memperbaiki dan menyesali,
tapi kita seperti tidak melihatnya.
Apa bedanya memperbaiki sesuatu di atas penyesalan, atau di atas perasaan sesal akan sesuatu yang bahkan belum terjadi? Tidak ada.
Selama kita masih terbayang-bayang oleh dua ketakutan itu, kita tidak akan kemana-mana.

Pembaruan hadir dalam setiap detik.
Perbaikan terjadi setiap saat, tapi ketakutan-ketakutan kita tadilah yang justru menghancurkan.
Setiap saat kita bisa terbang, asalkan kita percaya akan pembaruan yang hadir.
Menikmati momentum yang datang.
Tanpa ekspektasi apa-apa.

Segalanya terjadi tak terduga-duga.
Hanya ada satu yang pasti dalam hidup, yaitu ketidakpastian.
Hanya satu yang patut kita harapkan datang, yaitu yang tidak diharapkan.

Berhenti memilah antara apa yang diinginkan dan tidak,
lalu stagnasi hanya karena kita berkeras atas sesuatu yang sebenarnya harus berubah.
Berhenti juga menilai baik-buruk dari apa pun.
Bukan untuk itu kita hidup.
Kita adalah pengamat dan penikmat, bukan hakim.

Solar Plexus Candle Light, 1st dawn of 2013




Oh Habibie....Oh Ainun...

Do you ever feel so undefined after watching a movie? 
I do.

Ceritanya, saya habis nonton film yang diangkat dari tulisan buku dengan judul yang sama "Habibie Ainun".
Saya baca bukunya waktu masih di Depok tahun 2011,
dan ga ada perasaan apa-apa pas baca bukunya. (kok kayak ada yg aneh sama bahasa gue ya?)

Jadi pas tau akan difilmin dengan sosok Reza Rahadian yang jadi Habibie dan Bunga Citra yang jadi Ainun, lumayan sempat menjadikan film ini masuk list "wanted" saya.

Tapi, jeng jeng, pas timeline udah rame dengan hashtag #HabibieAinun, saya mulai memperhatikan, dan....berkesimpulan film ini mungkin akan lebih asik ditonton kalo lo udah berstatus calon istri orang.
Calon istri lhoo, bukan pacar, apalagi gebetan, apalagi yang ga jelas macam saya.
Filmya sarat akan virus kegalauan kalau saya tonton kayaknya.

List dicoret.

Yang namanya takdir ga bisa diubah yaa (sumpah ini lebay),
walaupun bertekad mau beli DVDnya aja nanti, dan berniat mau nonton sama.. ya kalo udah punya suami nanti (ini juga kalo suaminya belum nonton).
Tapi ternyata saya digariskan untuk nonton film ini setelah diajak sama partner complicated saya.
ditraktir apa salahnya kan? dan bisa ikutan ngeramein hashtag kan nanti, itung-itung bikin tugas resensi film di timeline twitter.

Dan bener kan?
Selangkah keluar studio cinema, saya galau.

Reza nya cerdas banget bisa sukses (menurut saya) jadi Habibie,
Bunga juga berperan apik dan menawan sebagai Ainun (walaupun mukanya Bunga terlalu modern buat maen film dengan setting jaman dulu) hehe.
Jerman dan Indonesia yang romantis, serta perpaduan Teknik dan Kedokteran yang bisa dibilang pas (saya yakin anak teknik abis nonton ini jadi makin pede deketin anak kedokteran, *apa siiiih)

Dan yang penting, esensi dari kisahnya itu. Yang. Bikin. Saya. Galau.
Bukan cuma ngomongin cinta yang just i love you and i love you too.
Tapi, juga perjuangan, keyakinan, pengertian, pengorbanan, komitmen, kesetiaan dan pengabdian.
Yang tidak berakhir oleh sesuatu yang tidak pantas mengakhiri, sekalipun kematian.

Habibie dan Ainun adalah pasangan yang begitu serasi, selaras dan seimbang.
Keduanya lengkap dan saling melengkapi.
Keduanya memberikan pelajaran tentang bagaimana Tuhan membuktikan bahwa manusia diciptakan untuk manusia yang lainnya, dan yang satu memang pantas diciptakan untuk yang lainnya.

Yang baik akan mendapatkan yang baik.
Begitu juga yang belum baik, atau yang tidak baik.

Lalu, golongan pantas manakah saya?
Itu yang bikin galau.

Public Transport Happiness

Ada kalanya berpergian naik transportasi umum itu menyenangkan.
Ada kalanya berpergian sendirian itu menyenangkan.

Hingga detik ini, saya bersyukur pernah hidup jauh dari orang tua, karena ternyata saat itulah kita diberi kesempatan untuk "benar-benar melek dan bernafas".

Dari lahir sampai menginjak bangku SMA, kebiasaan untuk kemana-mana ditemani mama, diantar-jemput papa, mengurus ini-itu dibantu orangtua, hidup jadi terlalu mudah dan...jadi ga asik setelah dipikir-pikir.

Saya jadi ga tau jalan, saya jadi ga gampang mengingat jalan, alhasil masih suka nyasar ditengah kota, nyengir sambil bilang "dimana nih gue?" di kota dimana elo dilahirkan dan dibesarkan.
Sampai kemana-mana harus sendiri, ngurus ini itu sendiri, nentuin makan sendiri, awalnya mungkin ngeri, tapi jadi asik.
And damn, why i miss it so much?

Saya masih ingat pertama kali perjalanan udara CGK-PLM-CGK-MES-CGK seorang diri.
Saya masih ingat pertama kali perjalanan darat Jkt-Plmb-Jkt seorang diri.
Saya masih ingat pertama kali perjalanan Depok-Bandung malam hari seorang diri, Depok-Karawang malam hari seorang diri.

Saya masih ingat pertama kali perjalanan kereta malam hari Bandarlampung - Palembang seorang diri.
Pertama kali naik KRL sendirian, naik busway sendirian, naik bajaj sendirian, naik taksi sendirian, naik patas sendirian.
I was such a girl who just going out from her bubbles world.

Gimana kalau pernah ngerasain hidup di luar negeri ya? Macam New York, London, Amsterdam, Los Angeles, Seoul? Wuhuuu serunya ga ketulungan kali ya.
Saya ingat, sebagian diikuti rasa takut, sebagian lagi dilalui dengan hati yang senang.

Biasanya naik angkot dengan rute lemabang-kalidoni dan sekitarnya, 
jadi seneng banget karena pernah hidup dengan slogan "tiada hari tanpa angkot" atau "angkot'ers", walaupun naik transportasi umum kadang-kadang sebenarnya tak sebahagia yang dibayangkan. 

Tapi ketika kembali ke rutinitas dimana elo dengan mudahnya duduk diatas mesin dengan kendali yang elo pegang sendiri, yang siap membawa elo kemanapun lo mau, maka saat itulah naik transportasi umum bisa jadi membahagiakan.

Just like now.

Tulisan ini disponsori pengalaman saya naik Transmusi  (busway nya kota Palembang, orang gaul sini menyebutnya "TM"), untuk ketiga kalinya, dan untuk pertama kalinya sendirian.

Pertama kali naik TM rame2 rombongan temen-temen yang notabene, saya adalah satu-satunya orang Palembang diantara mereka.
Pengalaman pertama plus bawa rombongan turis lokal mendadak, saya ga ngerti rutenya, tapi berhubung secara operasional dan teknikal sama seperti TransJakarta dan TransJogja, jadi ga keliatan udiknya. Hehe
.
Yang berbeda adalah Transjak dan Transjog beli tiketnya di shelter, sedangkan TM beli tiketnya di dalem busnya, bahkan sekarang ada SmartCard yang bisa diisi ulang, setahu saya KRL jabodetabek juga punya beginian, kalo transjak kurang tau deh. Hehe.

Momen naik TM pertama kalinya sendirian ini tercipta karena motor yang biasa saya balapin *halah* lagi ga bisa dibawa.

Dari Jalan Merdeka, saya mau pulang. 
Karena saya males nanya, jadi muncullah naluri kesotoyan saya, saya pikir kalaupun nyasar, masih aman lah karena di palembang ini, hahaa.

Hasil kesotoyan pertama, ternyata saya nunggu di halte yang salah.
Hasil kesotoyan kedua, harusnya transit, tapi dengan santainya saya nyelonong ngikutin rute koridor yang salah. Untung sadarnya cepet, haha.
Lucu, malu-maluin, tapi seru.
Keliatan kan siapa yang ga gaul di kota nya sendiri, hehe.

Senang naik TM, senang kena macet, senang ngeliat jalan dari atas TM, senang berdiri lama-lama, senang dengerin hebohnya orang palembang kalo lagi ngobrol, akhirnya besoknya memutuskan mau naik TM lagi (semoga ga dianggap sebagai suatu kesenangan yang aneh).

Sebenarnya naik transjak dan krl juga pernah sebahagia ini, asaaaaal.... kondisinya ga terlalu amat sangat overload sekali sampe ga bisa nafas.

Saking udiknya, saya moto-motoin jalan selama ada di dalem TM, moto-motoin sesuatu yang bisa dijadikan inspirasi. Senyum ke penumpang yang baru naik, dan ngajak ngobrol abang-abang kondekturnya.

Itulah salah satu yang saya suka kalo lagi pergi sendirian, more being my self, ga perlu jaim, ga perlu ngerasa bikin malu orang yang lagi pergi sama kita. What you wanna do, do what you want.

Pemandangan bagus ga cuma bisa kita dapetin dari jalan-jalan di desa, kiri-kanan sawah, depan belakang gunung, atas bawah sungai atau pantai, 

"pemandangan indah" bisa juga kita nikmati di jalan-jalan ramai di kota, jika kita bisa tidak melulu memandang keindahan dari satu sisi saja.
Yang ga bisa kita nikmatin apabila nyetir sendiri karena harus full konsentrasi.
Yang juga ga bisa kita nikmatin apabila pergi dengan orang lain karena biasanya sepanjang jalan dihabiskan dengan beautychat.

Dibalik hujatan terhadap transportasi umum, bete karena padat, panas, lelet, riweh, dan keluhan-keluhan lainnya, kalau masih dinikmatin dan disyukurin, mudah-mudahan tetap jadi kebahagiaan tersendiri, bahagia yang sederhana pastinya.

Salah satu hasil jepretan dari atas TransMusi, hehe




Rabu, 02 Januari 2013

Hard Choices

Pilih mana?

jelek tajir atau cakep kere.

karir bagus tapi menderita atau pengangguran tapi bahagia.

jomblo seumur hidup atau pasangan beda agama.

kaya penyakitan atau miskin sehat.

What a hard choices!

but this is life, right?
life is choice, and choice is life.

what you are know? that's your past choice.

semua pasti tentang pilihan.

saya pernah berpikir, betapa egoisnya kita (manusia) yang maunya selalu enak-enaknya saja.
padahal Tuhan baik, masih mau memberi beberapa hal yang bisa kita pilih.

mungkin pepatah "tidak ada yang gratis di dunia ini" itu bisa saja tidak hanya berlaku pada konsep "uang", "jual beli" atau "untung rugi" dalam hidup.

untuk sebuah proses yang kita namakan "memilih" pun, secara tidak langsung ada "harga" yang diterakan kepada kita, yang harus kita bayar, atau yang harus kita cicil, sampai lunas.

bagian sulitnya adalah, saat "harga atau cicilan" nya terasa sangat mahal.
ingat lagi pepatah "ada rupa, ada harga".

lalu bagian yang lebih sulitnya lagi, adalah saat memikirkan seberapa pantas harga yang harus kita bayar untuk setiap pilihan kita.

saya termasuk orang yang percaya, bahwa kita tidak pernah salah memilih.

sama halnya, ketika kita harus membeli baju yang baru, karena baju yang lama telah robek.
ada tiga baju.
baju pertama adalah baju yang sangat kita suka, harganya 200 ribu.
baju kedua, tidak terlalu suka, harganya 150 ribu.
baju ketiga, sama sekali ga suka, harganya 100 ribu.
dan uang yang kita punya, adalah 200 ribu.

menurut saya, membeli baju manapun tidak salah.
toh, sudah tahu kan berapa harganya, dan kadar kesukaan kita terhadap baju itu.

dari awal kita sudah tahu, apa yang akan terjadi jika kita beli baju 1, baju 2 maupun baju 3.
karena untuk beli tiga-tiganya, duitnya ga cukup.

sama halnya dengan hidup.

apa tujuan hidup?

tergantung yang punya hidup.
yang jelas apapun tujuannya, muaranya cuma satu, yaitu bahagia.

seperti apa bahagia?
tergantung seperti apa  yang dianugerahkan hidup itu memaknai bahagia.

bahagia itu bisa saja sederhana, bisa saja rumit, bisa saja mudah, dan bisa saja sulit.
pilihan (lagi) kan?





Untittle Note

Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku.

Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara.


Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara.


Kau hadir dengan ketiadaan.


Sederhana dalam ketidakmengertian.


Gerakmu tiada pasti.


Namun, aku terus disini.


Mencintaimu.


Entah kenapa.



Sources: (Untittle note, Dewi Lestari, dalam Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh)

(Me-dan)you.

                   "kira-kira nanti kita jadi apa ya, nay?"

"ga tau, yang jelas aku maunya jadi pengusaha aja, kalo udah sukses bisa ongkang2 kaki, tapi duitnya tetap banyak, bisa nyuapin anak makan, nyiapin bekal makan siang suami dan anak, trus suami aku, maunya sih jangan jadi pengacara, boleh deh, asal beneran membela yang benar, bukan membela yang bayar heheee"

                  "kira-kira kita nanti bisa bareng ga ya, nay?"





"ga ada alasan buat galau ya sekarang!, jauh-jauh kesini bukan buat galau"

.........................






"Bang, kalo aku bisa kuliah S2 tahun ini, trus jadi dosen, menurut kamu gimana?"

                 
"aku aja belum lulus, jahat!, emang mau jurusan apa, nay?"

"magister adm publik lah Bang, masa ambil magister teknik, kalo jadi dosen, ga boleh murtad jurusan"


                
"gila ya kamu, masih aja sandiwara drama putri bertopeng"

                 "kamu tuh cocoknya jadi dosen filsafat..."

Hening panjang.........

(percakapan pertama tahun 2013, (Me-dan)you.)

#2013 wishes

wishes

Semua wishes list, bisa di ceklis seluruhnya tanpa terkecuali.

Jangan pernah takut bermimpi, karena siapapun yang berhasil, pasti pernah bermimpi.

Nothing impossible, nothing to lose.

Ini bukan drama, ini hidup.

Selamat tahun baru.