Momentum tidak dapat dikejar.
Momentum hadir.
Begitu ia lewat, ia tidak lagi sebuah momentum.
Ia menjadi kenangan.
Dan, kenangan tidak akan membawa kita kemana-mana.
Kenangan adalah batu-batu diantara aliran sungai.
Kita seharusnya menjadi arus, bukan batu.
Bukankah kita seharusnya bisa memperbaiki kesalahan masa lalu?
Menghidupkan kembali momentum yang lewat, untuk kemudian merancang masa depan yang baru?
Aku hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari.
Aku ingin yakin dengan pilihanku. Itu saja.
Ada perbedaan besar antara memperbaiki dan menyesali,
tapi kita seperti tidak melihatnya.
Apa bedanya memperbaiki sesuatu di atas penyesalan, atau di atas perasaan sesal akan sesuatu yang bahkan belum terjadi? Tidak ada.
Selama kita masih terbayang-bayang oleh dua ketakutan itu, kita tidak akan kemana-mana.
Pembaruan hadir dalam setiap detik.
Perbaikan terjadi setiap saat, tapi ketakutan-ketakutan kita tadilah yang justru menghancurkan.
Setiap saat kita bisa terbang, asalkan kita percaya akan pembaruan yang hadir.
Menikmati momentum yang datang.
Tanpa ekspektasi apa-apa.
Segalanya terjadi tak terduga-duga.
Hanya ada satu yang pasti dalam hidup, yaitu ketidakpastian.
Hanya satu yang patut kita harapkan datang, yaitu yang tidak diharapkan.
Berhenti memilah antara apa yang diinginkan dan tidak,
lalu stagnasi hanya karena kita berkeras atas sesuatu yang sebenarnya harus berubah.
Berhenti juga menilai baik-buruk dari apa pun.
Bukan untuk itu kita hidup.
Kita adalah pengamat dan penikmat, bukan hakim.
Momentum hadir.
Begitu ia lewat, ia tidak lagi sebuah momentum.
Ia menjadi kenangan.
Dan, kenangan tidak akan membawa kita kemana-mana.
Kenangan adalah batu-batu diantara aliran sungai.
Kita seharusnya menjadi arus, bukan batu.
Bukankah kita seharusnya bisa memperbaiki kesalahan masa lalu?
Menghidupkan kembali momentum yang lewat, untuk kemudian merancang masa depan yang baru?
Aku hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari.
Aku ingin yakin dengan pilihanku. Itu saja.
Ada perbedaan besar antara memperbaiki dan menyesali,
tapi kita seperti tidak melihatnya.
Apa bedanya memperbaiki sesuatu di atas penyesalan, atau di atas perasaan sesal akan sesuatu yang bahkan belum terjadi? Tidak ada.
Selama kita masih terbayang-bayang oleh dua ketakutan itu, kita tidak akan kemana-mana.
Pembaruan hadir dalam setiap detik.
Perbaikan terjadi setiap saat, tapi ketakutan-ketakutan kita tadilah yang justru menghancurkan.
Setiap saat kita bisa terbang, asalkan kita percaya akan pembaruan yang hadir.
Menikmati momentum yang datang.
Tanpa ekspektasi apa-apa.
Segalanya terjadi tak terduga-duga.
Hanya ada satu yang pasti dalam hidup, yaitu ketidakpastian.
Hanya satu yang patut kita harapkan datang, yaitu yang tidak diharapkan.
Berhenti memilah antara apa yang diinginkan dan tidak,
lalu stagnasi hanya karena kita berkeras atas sesuatu yang sebenarnya harus berubah.
Berhenti juga menilai baik-buruk dari apa pun.
Bukan untuk itu kita hidup.
Kita adalah pengamat dan penikmat, bukan hakim.
![]() |
Solar Plexus Candle Light, 1st dawn of 2013 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar