pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Selasa, 01 April 2014

Jakarta

Dulu Jakarta adalah primadona gue.
Walaupun keras, gue pernah suka dengan karakternya yang sibuk.
Orang-orangnya tahan banting. Strong fighter.

Tapi itu dulu.
Gue udah mulai berubah pikiran dalam jarak setahunan sejak gue tidak bermukim disekitarnya lagi.
Walau cuma tinggal di tetangganya, manis asem asinnya Jakarta tetap bisa kerasa di gue.

"Jakarta tuh ga aman." gue ingat kata Papa dulu.
"Mending bergaji 1 juta tapi hidup nyaman di kampung, daripada bergaji besar hidup di Jakarta." kata Papanya temen.
"Jakarta adalah kota terakhir di muka bumi yang akan gue tinggali." kata temen.

Well, sebenarnya bukan kota, lebih mirip kampung kebesaran yang semakin membesar tanpa perencanaan, tanpa aturan, dan tanpa pemerintahan yang berwibawa sehingga mau tak mau harus digolongkan kota.

Semuanya ada di Jakarta. 
Ada Central Park.
Ada Soho. 
Ada Manhattan.
Ada Broadway.
Yang ga ada hanya identitas dan satu kata yang pas banget buat representing Jakarta.

Begitu lulus, gue langsung pulang kampung.
Jangan sampai gue kerja di Jakarta, menurut Papa.

Dengan kebodohan berbulu semangat heroik umur dua puluhan, gue masih belum bisa move on.
Beberapa job apply kesana ga pernah ada yang nyangkut. Ya karena doa ampuh tak pernah mengalir ke langit.
Pernah sekali mampir, orang-orangnya tidak semembosankan bangunannya.
Dan malam-malamnya tidak semenjijikkan siangnya.

hmm, Jakarta makin jauh.
Tapi gue yakin kok sama kata Allah di Al-Baqarah 216.

"ih seger banget deh disana ada gunung dan sawah, aku malah pengen pergi dari Jakarta ini." kata temen lagi.

Dengan mengingat jam segini gue udah bisa selonjor berbalut selimut diatas kasur, ditemani suara-suara jangkrik, dan nafas dengan udara bersuhu sejuk.
Kalo di Jakarta, jam segini lo bisa aja sedang berdiri tegak hitungan jam ampe encok, ditemani suara-suara klakson, dan nafas dengan aroma knalpot dan keringat.

Keduanya, dinikmati sajalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar