pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Kamis, 30 Desember 2010

Tuhan, ampun atas mereka, syukur pun atas mereka

Hujan. Deras. Angin di hari- hari terakhir tahun ini benar-benar lembab. Lembab seperti batu berlumut yang terpojok bertahan di tengah derasnya aliran air sungai, lembab seperti daun yang gugur di tengah hutan yang lebat, lembab seperti ruang hampa yang tidak dihuni selama ratusan tahun, lembab seperti embun yang membasahi jendela di pagi hari. Selembab hatiku.

Desember ku, 2010 ku, 50 jam 15 menit lagi akan berakhir, dan aku masih disini, seperti kura-kura yang ingin mengejar larinya kelinci, tapi tak bisa karena terlalu lambat berjalan. Kelinci yang bahkan bukan sesuatu yang hebat, hanya sesuatu yang selalu ingin menang, masih saja kura-kura ingin mengejarnya, padahal kelinci bukan siapa-siapa, kelinci tidak hebat. Dasar kura-kura bodoh. Kura-kura malah lebih hebat, bisa BERTAHAN hidup selama ratusan tahun, walaupun jalan nya yang lambat, bahkan tidak mampu menyamakan satu perseribu nya kecepatan kelinci. Tapi justru kelinci yang harusnya kalah dari kura-kura, kelinci yang hanya mampu BERTAHAN hidup dalam hitungan bulan, bahkan tidak mampu menyamakan satu per seribunya usia kura-kura. Tapi tetap saja kura-kura selalu ingin mengejar kelinci. Kura-kura dan kelinci tidak pantas di adu, tidak pantas di baik buruk kan, keduanya berbeda. Ah, aku benci berbeda. Tapi itulah kenyataannya, memang berbeda, tapi aku tetap saja benci dengan berbeda. Tapi itulah lagi kenyataannya. Kura-kura tahu tidak? Entah sekarang Tuhan ada dimana, aku yakin Tuhan tidak akan menciptakan ciptaannya jika tidak berbeda. Tuhan menciptakan makhluk dengan rezekinya masing-masing. Lebihnya pun rezekinya. Kurangnya pun rezekinya. Tidak ada yang hanya punya lebih. Tidak ada yang hanya punya kurang. Semua sama. Oh, akhirnya aku menulis kata sama. Tapi tetap saja berbeda. Mungkin bukan sama lebih tepatnya, teradil.

Desember ku, 2010 ku, 50 jam 13 menit lagi akan berakhir, dan aku disini seperti si buruk rupa yang selalu mengeluh akan rupanya, seperti buruk rupa yang sedang meratapi sepinya, seperti buruk rupa yang sedang meratapi rananya. buruk rupa tahu tidak? Entah Tuhan sedang ada dimana sekarang, aku yakin Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan sekarang untukmu nanti. Aku yakin lagi, bahwa Tuhan tidak akan menguji ciptaannya jika tidak bisa di uji. Tuhan menciptakan makhluk dengan bahagianya masing-masing. Di balik rupamu yang buruk, jika hatimu yang kau rias, maka Tuhan akan memberimu cantik, bahkan lebih cantik dari seorang yang paling cantik dari yang tercantik di dunia ini. Sekarang atau nanti. Banyak atau sedikit. Oh bukan, kebahagiaan tidak bisa diukur banyak atau sedikit. Tapi tetap saja berbeda. Mungkin bukan banyak atau sedikit lebih tepatnya, tak terhingga.

Desember ku, 2010 ku, 50 jam  10 menit lagi akan berakhir, dan aku disini seperti burung yang baru saja patah sayapnya, burung yang ditinggal koloninya, burung yang tidak berdaya ketika mencoba kembali terbang, ketika mencoba kembali mengepakkan sayapnya, burung yang terhempas ke tanah dari ketinggian yang tinggi, burung yang hanya bisa mengharap kedatangan seorang manusia berbaik hati untuk sekedar merawat dirinya, setidaknya merawatnya hingga sayapnya pulih kembali. Dengan tidak menaruh harapan bahwa suatu saat burung bisa kembali terbang bebas lepas di langit. Burung telah berjanjii bahwa dia akan ikhlas jika sang manusia tidak melepas nya ke alam bebas tapi justru merawatnya dalam sebuah kurungan, entah itu terbuat dari emas atau pun bukan, burung hanya ingin berterima kasih, burung hanya ingin setia, burung hanya ingin menghargai. Burung tau tidak? Entah Tuhan ada dimana sekarang, aku yakin Tuhan memang sudah menetapkan tempat yang terbaik bagi makhluknya, bagus atau tidak, mewah atau tidak. Jika itu tempatmu sekarang, maka itulah tempat yang telah ditetapkan Tuhan untukmu. Di balik sayapmu yang patah, jika hatimu yang kau jaga, Tuhan akan memberimu kuat, bahkan lebih kuat dari sayapmu dulu atau lebih kuat dari yang paling kuat dari yang terkuat. Mungkin bukan mewah atau tidak atau bagus atau tidak lebih tepatnya, terbaik.

Desemberku, 2010 ku, 50 jam 3 menit lagi akan berakhir, dan aku masih disini seperti seorang pemulung yang sedang beristirahat di pinggir jalan, seperti pemulung yang sedang mengais tempat sampah berharap menemukan sesuatu yang dianggap orang tidak berharga namun bisa jadi sangat berharga baginya, seperti pemulung yang menyeka keringatnya dengan tangannya sendiri yang kotor, lalu bercampur dengan keringat, lalu keringatnya juga kotor, apalah arti kotor bagi seorang pemulung, kotor adalah bagian dari perjuangan hidupnya, jika takut kotor dia tidak hidup, jika takut kotor dia tidak akan mendapatkan uang, maka pemulung akan mati. Pemulung hanya ingin berjuang sendiri, berjuang dengan tidak mengambil apa yang bukan miliknya, mencoba memberi penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap apa yang sudah tidak dihargai oleh orang lain. Pemulung tahu tidak? Entah dimana Tuhan sekarang, aku yakin Tuhan sudah memberikan kedudukan terbaik bagi setiap makhluk ciptaannya, terhormat atau tidak, miskin atau kaya. Jika seperti itu kau sekarang, maka itulah kedudukan yang telah ditetapkan Tuhan untukmu. Pemulung bukan tidak berusaha, pemulung bukan malas, pemulung bukan tidak mau berjuang lebih keras lagi. Tuhan pasti punya kedudukan yang mulia bagimu jika kau tidak mengurangi kodratmu. Jika hatimu yang kau kayakan, maka kau akan kaya bahkan lebih kaya dari orang paling kaya dari orang yang terkaya di dunia ini. Mungkin bukan kaya atau miskin tepatnya, termulia.

Desember ku, 2010 ku, 49 jam 47 menit lagi akan berakhir.
Tuhan, aku mohon Ampun.
aku cuma kura-kura, cuma buruk rupa, cuma burung yang sayapnya patah, cuma pemulung.
Siapa aku setahun ini Tuhan? Apa aku setahun ini Tuhan? Mengapa aku setahun ini Tuhan? Bagaimana aku setahun ini Tuhan? Kapan aku setahun ini Tuhan? Dimana aku setahun ini Tuhan?

Hujan. Deras, angin di hari-hari terakhir ini benar-benar dingin. Dingin seperti kumpulan molekul di lautan luas itu, dingin seperti tubuh mayat yang sudah lama mati, dingin seperti lamanya kau menyentuh molekul air yang sudah membatu, sedingin hatiku.

Desember ku, 2010 ku, 49 jam 35 menit lagi akan berakhir.
Aku memandang ke arah wajah jendela. Basah karena rembesan air hujan-Mu yang deras.
Aku memandang ke arah wajahku sendiri. Basah karena rembesan air mata ku yang juga deras.

Tuhan, aku mohon Ampun, atas nikmatku yang bukan kehendak-Mu, atas ulahku yang bukan seruan-Mu, atas lalaiku yang bukan disiplin-Mu,
Tuhan, aku serah syukur, atas adanya kura-kura yang jalannya lambat itu, si buruk rupa itu, burung yang sayapnya patah itu, pemulung dengan keringat kotornya itu.
Desember ku, 2010 ku, 49 jam 26 menit lagi akan berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar