pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Jumat, 19 Agustus 2011

MW

“besok ya, jam 6 malem pasti, aku nanti yang akan jemput, jangan khawatir” 
isi smsnya singkat.
Tidak banyak berpikir lagi, dia akan berangkat besok.
Dua jam perjalanan udara.
Pertama kalinya dia menginjak bandara ini.
Tak pernah dia berpikir untuk bisa jadi semudah ini, apalagi secepat ini.

“domestic departure”
Seseorang sudah menunggunya disana.
Seseorang yang tidak sekedar menunggu. Bertahun-tahun pun dia kira dia pasti akan bersedia jika disuruh tetap terus menunggu.

“senang melihatmu”
Dia disambut dengan senyum yang indah, bahkan yang paling indah.
“boleh peluk?” ucapnya.
Tanpa ada jawaban apapun, dia langsung melingkarkan tangannya di pinggang satunya.
Aroma yang dia rasakan tetap sama.
Aroma yang selalu dirindukannya.

“kamu bawa jaket ga?”
“ga”
“ini, pakai jaketku”
Mereka masih canggung.
Tapi ubun dan otak mereka kompak mengisyaratkan sesuatu yang sama kepada hati mereka. bahagia. Mereka bahagia.

“tempatnya jauh, tidur juga ga papa”
“kamu suruh aku tidur setelah aku sampai sejauh ini?, kita kemana?”
“maunya?”
“kamu ga mau kasih kenangan ke aku di waktu pertama kalinya aku kesini?”
Pukul Sembilan malam. Jalanan masih ramai.
Mereka bersenda diatas angin, seolah-olah mencibir angin malam yang semakin dingin.

“makasih yaaa”
“makasih buat apa? Aku yang harusnya makasih”
“jadi malam ini cuma kita kan?”
“aaaah, makasih, makasih, makasiiiiiiiiih” teriaknya. Tetap tidak mau kalah dengan deru mesin dan angin malam.

Dia mengeratkan pelukannya malam itu.
Melaju kencang.
Malam semakin dingin.
Namun dia tetap hangat di dekapan pundaknya. Hangat. Hangat sekali.

Bukan untuk kemarin, bukan untuk esok, dan bukan untuk yang lain.

Tapi untuk saat ini, dan untuk mereka.


MW, Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar