Kami hanya merasa bosan, kami lelah, kami hanya
merasa jenuh, bukan karena kami sendiri. Tapi merasa dengan mereka, ya mereka.
Sebenarnya sangat malas untuk membuang waktu untuk
memikirkan hal yang sebenarnya tidak membantu, tidak memberikan suka, hanya
perasaan menjadi sampah di balik tingkah mereka.
kami menjaga, kami diam, kami tidak ikut campur,
kami tidak menghakimi, kami tidak menggubris, kami tidak sibuk di kesibukan orang
lain, kami tidak menerka.
Tapi mengapa mereka selalu tidak menjaga, mengapa
mereka selalu berisik, mengapa mereka selalu ikut campur, mengapa mereka selalu
menggubris, mengapa mereka sibuk di kesibukan orang lain, mengapa mereka
menerka?
Kami kehilangan kepercayaan dan kami pun
menghilangkan kepercayaan.
Maka dari itu, kami mohon, berhentilah membicarakan
kami, berhentilah menggubris kami, berhentilah membebani kami, berhentilah memikirkan
kami, berhentilah menerka kami.
Jika kami dianggap sombong karena kami tidak
mengerti dengan ini semua yang mereka sebut dengan perhatian, maka sebenarnya
kami merasa ini bukan perhatian, ini beban.
Memang, kami siap sakit, kami siap menderita, kami
siap terhina, karena kami tidak munafik.
Sejauh ini kami bisa bertahan, setidaknya dengan
cinta kami yang besar.
Tak banyak yang bisa kami lakukan, masing-masing
dari kami hanya punya cinta. kami tahu persis bahwa tidak bisa cukup hanya
dengan cinta. cinta tidak bisa dimakan, cinta tidak bisa diajak bicara. cinta
tidak mau tahu menahu.
Tapi cinta itulah yang terus mendesak kami.
Kami, saat seseorang di sekitar kami menyebut salah
nama dari kami, detak jantung yang cepat luar biasa langsung kami rasakan.
Tidak ada yang hebat dari nama kami, biasa saja,
tapi, saat salah satu dari kami mendengar salah satu nama disebut, rasanya
ingin sekali kami bersama pada saat itu juga.
Kami, tidak sama.
Kami, bagai langit dan bumi, seolah tidak akan
pernah bisa berdekatan, namun saling melengkapi. Kami, seperti air dan api,
dimana suatu saat air bisa jadi sesuatu yang bisa meredamkan api, namun justru
suatu saat apinya akan jadi besar karena air itu sendiri
Seperti itulah, kami.
Kami tidak punya siapa-siapa.
Kami tidak punya orangtua, kami tidak punya sahabat.
Kami hanya punya Tuhan kami.
Tuhan kami lah, yang terus ada bersama kami.
Kami ada, karena Tuhan kami jua.
Jika kami tidak ada lagi pun, maka Tuhan jualah yang
berhak memutuskan.
Kami, jangan pernah remehkan kebersamaan kami.
Kami, jangan pernah rendahkan keyakinan kami.
Kami, entah kami terlalu busuk atau terlalu berharga
untuk dibagikan kepada mereka.
Kami, biarlah kami.
maaf kami, maaf, kami yang tak pahami semua ingin mereka, maaf kami, maaf , kami yang tak mampu iyakan semua inginnya mereka.
Mereka tidak tahu apa-apa tentang kami, mereka tidak mengerti apa-apa tentang apa yang kami rasakan, sudah cukup, kami bosan!
Mereka tidak tahu apa-apa tentang kami, mereka tidak mengerti apa-apa tentang apa yang kami rasakan, sudah cukup, kami bosan!
Jangan khawatir, kami tetap berdoa semoga mereka
suatu saat tidak mengalami apa yang kami alami, atau bahkan kelak anak mereka tidak
terjebak seperti kami.
Kami mohon, apapun alasan mereka, mereka.jika hanya
terus membebani kami,
Mohon sampaikan pada mereka,
berhentilah, berhentilah, berhentilah, berhentilah, kami mohon berhentilah.
berhentilah, berhentilah, berhentilah, berhentilah, kami mohon berhentilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar