pelangi..pelangi...

pelangi..pelangi..
alangkah indahmu..
merah..kuning..hijau..
dilangit yang biruuu...

pelukismu agung...
siapa gerangan...
pelangi..
pelangi..
ciptaan Tuhann...

Jumat, 12 Oktober 2012

Badui Trip #1

Pertama kali saya melihat salah satu dari masyarakat suku Baduy adalah ketika berada di kampus. 
Di kampus, saya sering melihat seorang yang memakai baju tidak biasa, agak kudel, bukan baju sehari-hari yang biasa saya lihat, memakai ikat kepala, tanpa alas kaki, dan berjalan-jalan di sekitar kampus sambil membawa botol yang berisi madu, tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.

setelah seumur hidup berkelana, halah. 
Akhirnya ngerasain juga yang namanya naik gunung. 
Walaupun bukan gunung juga sih sebenarnya, tapi perbukitan. Sama aja kan? Hehe.

Masalah naik bukit-perbukitan, saya sering sih, 
bukan karena apa, karena dulu kebun kakek-nenek saya di Pagaralam terletak di perbukitan. 

Saya inget banget kalau mau ke kebun mesti mendaki gunung lewati lembah dulu, 
belum lagi di kebun masih banyak kerjaan, luar biasa banget kan. 
Saya sih cuma nebeng ikutan ke kebun aja, metik-metik dikit, keciplak-kecipluk di sungai dikit, abis itu nyantai di dangau. Hehe.

Nah kan ngelantur..
Sejak kuliah, saya selalu iri sama temen yang berani naik gunung, 
saya takut sih, tapi saya pengen, gimana dong? Dilema memang.

Akhirnya pas seminggu sebelum wisuda, 
saya memutuskan untuk ikut rombongan Komunitas Kompas Khatulistiwa, 
berpetualang ke suku baduy yang ada di Lebak, Banten.

Kalo minta izin sama orangtua, udah pasti ga dapat izin, 
jadi ngasih tau pas udah sampe aja. Hehe.

Mulai dah tuh, pikiran yang ga-ga mulai dateng, 
takut kepeleset lah, takut ilang lah, takut diculik orang badui lah, takut kualat lah, hehe.
But, so far so good.

Dari Depok , saya berangkat bareng Tias dan Kak Siti ke Stasiun Tanah Abang. 
Di stasiun ketemu Kak Angga dan Kak Nabil and of course ketemu rombongan dengan total orang yang ikut berjumlah 30 0rang.

Dari stasiun Tanah abang, kami naik kereta ekonomi ke stasiun Rangkas Bitung- Banten.
Naik kereta ekonomi, itu berarti harus siap ngegembel saya pikir.

Dan berkat perjuangan keras Kak Nabil dan Kak Angga dan berkat sleeping bag serba guna punya Kak Nabil, akhirnya kita berlima dapet tempat duduk. Subhanallah.

pose di kereta menuju Rangkasbitung. Kak Nabil (kiri) dan Tias (tengah)


Tiba di Desa Ciboleger, desa gerbang menuju pedalaman Badui






















Kurang lebih 2,5 jam di kereta. 
Sampai juga di Stasiun Rangkasbitung.

Dari Rangkasbitung, perjalanan masih sekitar 1,5 jam lagi ke Ciboleger naik minibus.

Perjalanan ke Ciboleger ini luar biasa, 
luar biasa menanjak dan luar biasa menurun. 
Walaupun naik minibus, jangan dikira senyaman itu, 
kalau saya pribadi sih, naik mini bus ke Ciboleger ini ya 11-12 lah sama kayak naik kora-kora atau halilintar atau hysteria di dufan. Jantung mau copot rasanya.

Setelah jantung digoyang-goyang, 
sampai juga di Ciboleger, yaitu desa terakhir yang ditempuh dengan kendaraan.

Aroma badui sudah terasa.
Suku badui terbagi menjadi dua, yaitu badui dalam dan badui luar.

Tujuan utama kami adalah badui dalam. 
Menuju badui dalam bisa melewati badui luar ataupun tidak.
Jalur berangkat ini dilalui sekitar 2,5 jam jalan kaki. 
Jalur yang dipilih adalah jalur yang melewati badui luar.

Perjalanan pendakian pun dimulai, 
lima menit pertama kedua jalanan masih oke, masih mendatar. 
Udah masuk lima menit ketiga dan seterusnya, kami disambut dengan perbukitan yang entah ada berapa bukit disana, harus dilalui dengan jalan kaki #okesip

Jalan yang dilalui bukanlah hutan lebat, melainkan hutan gersang. 
Tak jarang juga kami melewati hutan yang baru saja dibakar, 
katanya sih orang badui sendiri yang membakar buat dijadiin ladang atau sawah mereka nantinya. 

Luar biasa. Tengah hari bolong, jalan kaki di bawah terik matahari, and then dengan jalan menanjak. Alhamdulillah ya.

panas-gersang
































2,5 jam.
Di badui dalam, tidak boleh menyalakan segala sesuatu yang bersifat elektronik atau digital.
So, kamera dan handphone semua dimatikan.

Sayang banget, padahal sebagian besar objek foto yang keren ada di badui dalam.

Sudah masuk kawasan badui dalam, 
sudah mulai memasuki hutan yang hijau dan lebat, 
aroma bersihnya masih kerasa banget. 
Ga kayak di Jakarta, debu dan polusi dimana-mana.

Setelah berpanas-panas dan berpeluh-peluh ria jalan kaki 2,5 jam, 
kami sampai juga di kampung suku baduy.

Mereka ramah, senyum aja kerjaannya, tapi ngomongnya jarang banget.
Ada yang lewat senyum, lewat lagi senyum lagi, dan satu lagi, mereka mukanya mirip-mirip.

Ada yang unik dari masyarakat badui ini.
Saya akan bahas di posting selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar