22.46
Eh udah ganti 22.47
22.48
Beberapa menit lagi jam 11 malam. Terus sejam nya lagi
jam 12. Malam.
Dirumah saya sepi, di luar juga sepi. Dan saya belum
bisa tidur.
Saya jadi ingat kakak perempuan saya. Beliau seorang
perawat.
Saat saya menulis ini beliau sedang tidak ada dirumah, tapi di rumah
sakit sedang menjalankan tugas.
Ketika beliau sedang tidak kebagian shift malam,
jam
segini saya dan beliau biasanya sedang bibican (bincang-bincang cantik) sambil
nungguin mata ngantuk.
Beliau menjadi perawat atas kemauannya sendiri,
bukan
karena paksaan dari pihak manapun. Murni kehendaknya sendiri dan takdir
tentunya.
Saya ingat dulu beliau pernah bergurau “berhubung aku
ga mungkin jadi dokter, aku jadi perawat aja, bisa bantuin dokter melayani
mereka yang sakit”.
Saat itu, saya memandang lekat-lekat beliau dari jauh.
Niat beliau begitu tulus. Dan juga perawat-perawat lainnya.
Pagi ke siang, siang ke malam, lalu malam ke pagi.
Mereka bukan bekerja menghitung untung rugi,
mereka bukan menyusun
anggaran atau mencatat pengeluaran dan pendapatan.
tapi..
mereka membersihkan darah dan nanah dari tubuh pasien,
memandikan orang dewasa yang sakit,
membersihkan air seni dan kotoran dari
tubuh pasien,
membantu memasukkan obat ke dalam tubuh pasien,
membersihkan
tempat tidur pasien, menjaga dengan seksama.
Mereka melayani yang kecil,
yang muda, yang dewasa,
yang renta, yang waras, yang tidak waras, yang baru lahir, bahkan yang sudah
tidak bernyawa.
Saat yang lain terpejam, mereka terjaga untuk menjaga.
Saat yang lain berkumpul bersama keluarga di hari
raya, tidak dengan mereka. Mereka masih setia menjaga.
Bukan mengeluh, bukan pula mengumpat dan memang sudah jadi tugas mereka.
Tapi saya yakin, tidak semua orang sanggup mengemban
tanggung jawab seperti itu, termasuk saya.
Gaji mereka tidak besar,
tapi saya yakin mereka sangat
kaya,
karena InsyaAllah, Allah memberi tunjangan lebih atas setiap niat tulus
mereka memberi senyum sapa di bibir mereka, atas setiap sentuhan tangan lembut
mereka pada tubuh pasien, dan atas keringat mereka berjaga pagi siang dan malam.
Jangan sebut mereka “pembantu berseragam putih”.
Bukankah kita semua pembantu?
Pekerja kantoran adalah pembantu bos mereka.
Pekerja pemerintahan adalah pembantu masyarakat.
Bahkan wirausahawan, mereka adalah pembantu diri
mereka sendiri.
Jika salah, beritahu saja mereka, tapi jangan hina
mereka.
Jika menyebalkan, tegur saja mereka, tapi jangan cibir
mereka.
Mereka manusia.
Mereka pantas dihargai.
Mereka punya keluarga, mereka punya
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar