Tuhan, aku punya cermin.
Cermin ini mampu membuatku percaya diri dengan apa
adanya aku.
Setiap pagi dan malam,
magnetnya menarikku untuk
selalu menyapanya.
Pernah ia jatuh, lalu retak.
Belum Tuhan izinkan ia menjadi pecah dan hancur.
Maka aku abaikan retaknya, Tuhan.
Cermin ini masih membuatku percaya diri,
tidak peduli
dengan retak besarnya itu.
Karena aku masih melihat aku yang seperti aku,
percaya
diri dengan aku sendiri.
Cermin ini, dia tidak renta, Tuhan.
Suatu pagi, ketika aku ingin menyapa cerminku, aku
tiba-tiba bosan.
Seketika aku melihat bayangan diriku sendiri,
tapi
entah mengapa aku merasa diriku jelek sekali.
Untuk pertama kalinya cermin ini tidak membuatku
percaya diri.
Aku marah, maka aku menghempaskan tinju padanya.
Aku berdarah, Tuhan.
Perih, Tuhan.
Cermin ini membuatku berdarah, tapi salahku sendiri,
Tuhan.
Maka cerminnya pecah.
Hancur dan terbelah.
Aku coba kembali melihat bayanganku, tapi begitu
jelek.
Aku tidak percaya diri lagi, Tuhan.
Bisa aku perbaiki cermin ini, Tuhan?
Atau aku harus menggantinya dengan cermin baru, Tuhan?
dan meng-apa adanya-kan aku, Tuhan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar